
Gubernur BI: Terima Kasih Bank Himbara Sudah Menurunkan Suku Bunga Kredit, Tinggal BPD dan Bank Swasta

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo/iconomics
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan kelas menengah atas sudah mulai melakukan konsumsi, sehingga telah mendorong pertumbuhan kredit.
Perry mengatakan stimulus di sektor otomotif dan properti yang diberikan oleh pemerintah , Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mendorong konsumsi kelas menengah atas di Indonesia. ” Alhamdulillah kredit porperti sudah mulai naik, yang punya duit, menengah ke atas sudah mulai beli apartemen. Mau beli apartemen dua silakan, tiga silakan. Itu makanya sekarang kelihatan, kredit perumahan sudah mulai naik, pembelian apartemen dan rumah khusunya yang menengah ke atas itu sudah mulai naik,” ujar Perry dalam Sarasehan Akselerasi Pemulihan Ekonomi Nasional di Bali, Jumat (9/4).
Perry mengatakan memang pertumbuhan kredit belum begitu kuat, namun trennya sudah tidak turun lagi. “Koordinasi KSSK mendorong kredit kembali naik,” tambahnya.
Pertumbuhan kredit ini juga didorong oleh turunnya suku bunga kredit oleh bank-bank plat merah atau bank Himbara.
“Terima kasih bank-bank himbara, di bawah komando Wamen BUMN Pak Tiko (Kartika Wirjoatmodjo), sudah mengikuti langkah BI menurunkan suku bunga kredit, tidak tanggung-tanggung, SBDK-nya bank-bank BUMN langusng turun, nyungsep dari 10% menjadi 8,7%,” ujar Perry.
“Sekarang tinggal BPD, bank-bank swasta lain, ayo, ayo turunkan suku bunga supaya terus mendorong ekonomi kita,” tambahnya.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo pada kesempatan yang sama mengatakan penyaluran kredit di bank BUMN pada Maret lalu sudah positif, terutama untuk segmen mikro dan UKM.
“By Maret saya sudah cek angkanya, itu pertumbuhan untuk Himbara sudah positif year on year. Semoga nanti sampai dengan kuartal dua positifnya makin besar. Per Februari masih minus tetapi kuartal satu sudah mulai positif year on year,” ujar pria yang disapa Tiko ini.
Ketua Dewan Komisoner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan secara umum penyaluran kredit masih kontraksi sekitar 2%, terutama karena kredit-kredit besar belum tumbuh.
“Karena kredit besar ini tidak akan recover kalau demand belum tumbuh. Bagaiamana hotel kita berikan kredit kalau pengunjugnya belum ada. Bagaimana transportasi akan ambil modal kerja tambahan kalau belum ada penupangnya. Bagaimana restoran suruh ngambil kredit lagi kalau pengujungnya belum banyak,” ujar Wimboh.
Namun, beberapa leading indikator, tambah Wimboh sudah menunjukkan adanya tanda-tanda pertumbuhan.
Leave a reply
