
Holding BRI, Pegadaian dan PNM: Bukan Merger, Bisnis Model Masing-masing Dipertahankan

Tangkapan layar YouTube, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo/Iconomics
Tujuan holding ini juga adalah untuk efisiensi baik dari sisi cost of fund maupun efisiensi jaringan. Dengan integrasi ini, biaya dana di Pegadaian dan PNM bisa diturunkan karena mendapakan dukungan dana dari BRI yang memiliki biaya dana yang lebih murah karena berasal dari dana pihak ketiga (DPK). Saat ini cost of fund di BRI itu sekitar 2,3%. Sementara pembiayaan di Pegadaian saat ini masih tergantung pada pasar modal dimana biaya dana di Pegadaian sekitar 6-7%, dan biaya dana di PNM di kisaran 9-10%. Biaya dana yang bisa diturunkan di Pegadaian dan PNM bisa diteruskan (pass on) ke nasabah untuk pembiayaan dengan bunga lebih rendah.
Efisiensi lain adalah dalam konteks efisiensi jaringan. Sebagai contoh Pegadaian untuk ekspansi ke depan tidak perlu lagi menyewa atau membangun kantor-kantor baru, tetapi bisa menempel pada unit-unit desa BRI. Untuk layanan gadai, cukup membangun konter dan save deposit untuk menyimpan emas atau barang gadai lainya. Dus, biaya pembukaan kantor Pegadaian ke depan akan jauh lebih murah.
Demikian juga dengan PNM yang saat ini memiliki sekitar 40 ribu AO. Tiko mengatakan ke depan AO ini akan dilengkapi perangkat digital dan bisa terkoneksi dengan BRI Unit Desa maupun Agen BRI. Dengan begitu efisiensi juga tercipta karena rasio AO terhadap nasabah di Mekaar bisa dikurangi dengan digitalisasi dan interkonseksi dengan cabang dan unit agen BRI.
“Ini tentunya juga akan mengurangi biaya overhead. Saat ini biaya overhead di PNM memang sagat tinggi. Diharapan dalam 3 tahun ke depan bisa menurun secara signifikan dengan integrasi ini,”ujar Tiko.
Tiko menegaskan integrasi ketiga BUMN ini tidak berimplikasi pada pegawai. Artinya, tidak ada pengurangan pegawai maupun benefit yang diterima pegawai. “Semuanya berjalan seperti apa adanya. Kami meyakini dengan efisiensi yang dicapai di cost of fund dan overhead cost tadi, bisa pass on juga ke kenaikan benefit buat PNM dan Pegadaian. Karena kami meyakini, laba Pegadaian dan PNM ke depan akan meningkat karena sebagian biaya tadi dikurangi. Laba yang naik juga akan pass on ke benefit dari karyawannya,” ujarnya.
Tiko mengatakan akan terus mengkomunikaskan soal ini kepada para karyawan karena masih ada yang ragu. “Kami komunikasikan bahwa holding ini tidak hanya benefit kepada bisnis tetapi juga benefit kepada karyawan ke depan,” ujarnya.
Direktur Utama BRI, Sunarso pada kesempatan yang sama menambahkan ekosistem usaha dari ketiga BUMN ini nanti diharapkan mampu memperkuat bisnsi Pegadaian dan PNM melalui mekanisme penurunan cost of fund dan penurunan biaya operasional. Penurunan cost of fund, jelas Sunarso dilakukan dengan mendapatkan akses pendanaan langsung dari BRI yang memperoleh dana langsung dari masyarakat.”Kemudian bisa juga dengan menerbitkan instrumen yang dijamin oleh BRI dan mungkin kombinasi diantara keduanya. Kemudian juga bisa menurunkan biaya operaional melalui penggunaan infrastruktur-infrastruktur jaringan secara bersama-sama sehingga apabila mau memperluas jaringan tidak perlu masing-masing investasi sendiri-sendiri,” ujar Sunarso.
Sunarso mengatakan ekosistem yang terbentuk dari ketiga entitas BUMN ini tidak tunduk pada peraturan perbankan saja, karena ini bukanlah merger. “Ini adalah pembentukan eksosistem yang diikat melalui kepemilikan di holding. Karena bukan merger, maka entitas Pegadaian tetap Pegadaian, entitas PNM tetap PNM dengan bisnis modelnya masing-masing, dan tunduk pada aturan yang mengatur bisnis masing-masing. Saya tegaskan di sini bahwa Pegadaian dan PNM tunduk pada aturan OJK yang mengtur industri keuangan non bank. Sedangkan BRI tunduk pada aturan OJK yang mengatur bisnis perbankan,” jelas Sunarso.
Halaman Berikutnya
Leave a reply
