
Inflasi Level Konsumen Memang Rendah, Tetapi di Level Produsen Sudah Tinggi

Tangkapan layar YouTube, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu/Iconomics
Pada kesempatan yang sama mantan Menteri Keuangan sekaligus ekonom Universitas Indonesia, Muhammad Chatib Basri mengatakan kondisi inflasi pada level produsen yang lebih tingggi dibandingkan inflasi pada level konsumen mencerminkan biaya produksi sudah mahal. Produsen terpaksa tidak mentransmisikan biaya produksi ini ke harga di tingkat konsumen karena permintaan yang masih lemah.
“Tetapi enggak mungkin perusahaan itu tidak pass through terus, karena profit margin-nya pasti turun. Kalau dia tahan, rugi dia. Dia mungkin akan pass through di 2023,” ujar Chatib.
Sepkat dengan Chatib, Febrio mengatakan BKF memperkirakan produsen akan mentramisikan kenaikan harga input (bahan baku) ke konsumen. Menurut Febrio langkah itu diperkirakan akan dilakukan secara signifikan pada tahun 2023. “Tetapi di satu sisi pemerintah juga melihat di tahun 2022 ini kenaikan harga di sisi produsen sudah ditanggung oleh produsennya tanpa cukup banyak ditransmisikan ke rumah tangga,” ujar Febrio.
Risiko yang diantisipasi pemerintah dari kondisi ini, jelas Febrio adalah, terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh produsen akibat beban biaya yang tinggi. “Kita tidak mau sektor usahanya profit margin-nya menjadi sangat tertekan dan kita tidak mau mereka sampai harus me-layoff tenga kerja,” ujarnya.
Halaman BerikutnyaLeave a reply
