Ini 3 Langkah Bisnis Versi Hipmi Jaya Menghadapi Kondisi Kenormalan Baru

0
939

Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Jakarta Raya (Hipmi Jaya) menilai pandemi Covid-19 berdampak cukup luar biasa perekonomian di DKI Jakarta, terutama usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Dampak tersebut bahkan menutup secara permanen ribuan restoran dan rumah makan di Jakarta yang tergolong UMKM dan umumnya diisi pengusaha-pengusaha muda.

Menurut Ketua Umum Hipmi Jaya Sona Maesana, dampak lainnya karena pandemi Covid-19 itu membuat keluar-masuknya tenaga kerja menjadi tinggi, beradaptasi terhadap teknologi, penurunan pendapatan secara ekstrem dan ketidakpastian kondisi kesehatan yang ekstrem. Dari fakta tersebut, Hipmi mencoba mendorong para pengusaha menerapkan 3 langkah menghadapi situasi bisnis di kenormalan baru.

“Kita coba dorong para pelaku ekonomi terutama yang di Hipmi jaya untuk lakukan 3 langkah ini yaitu cara pandang (the mindset); pergeseran atau yang berubah (the shift); dan praktiknya (the practice),” kata Sona dalam sebuah diskusi virtual, Senin (9/8).

Sona mengatakan, berkaitan dengan cara pandang itu, bahwa pelaku bisnis di masa pandemi ini tidak lagi fokus untuk menghasilkan produk atau jasa. Karena itu, bisnis di masa pandemi ini harus berorientasi terhadap pelanggan atau konsumen. Dengan kata lain, melayani pelanggan atau konsumen sesuai dengan kebutuhan mereka di masa pandemi.

Baca Juga :   Mendukung Gernas BBI, Nobu Bank Membuat Taman QRIS di Desa Digital Giriroto

Mengutip pendiri Amazon Jeff Bezos, menurut Sona, pengusaha selama ini terlalu berorientasi kepada apa yang berubah. Di masa pandemi ini, pengusaha fokus terhadap cara berjualan, produknya atau layanannya, tetapi melupakan sesuatu yang juga perlu diperhatikan yakni sesuatu yang tidak berubah.

“Ini yang menjadi acuan kita: apa kira-kira yang tidak berubah selama 10 tahun ke depan dan tetap dibutuhkan masyarakat dan konsumen sehingga kita bisa beradaptasi dalam menjalankan usaha,” kata Sona.

Lantas apa saja sebenarnya yang tidak berubah seitar 10 tahun ke depan? Menurut Sona, ada hal-hal yang dulu dilakukan secara konvensional dan saat ini telah berubah. Semisal, menjalankan bisnis secara manual, memelihara status quo dan lain sebagainya. Sementara saat ini cara pandangnya berorientasi pelanggan atau konsumen, meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, menggunakan teknologi dan lain sebagainya.

Tahap ini disebut sebagai langkah the shifting itu. Tetapi dari perubahan itu perlu dicari apa sebenarnya yang tidak berubah meski ada krisis semacam pandemi.

Baca Juga :   Harga Migor Masih Mahal, Kemenperin Diminta Buka Produsen yang Tak Patuhi Aturan

“Sebagai pelanggan pasti ingin cepat, murah, ada pengalaman, bersifat personal dan lain sebagainya. Lantas praktiknya seperti apa? Ini bisa diutilisasi melalui teknologi atau digitalisasi usaha ini dapat membantu para pelaku bisa bertahan dan juga dari human capital sendiri, peningkatan skil pada masa pandemi banyak pekerjaan yang hilang tapi ada peluang bagi yang memnili skil lebih,” kata Sona.

 

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics