Kurangi Impor LPG, EITS Dorong Menteri ESDM Bahlil Lahadalia Ekstraksi Gas Alam Menjadi LPG

0
128

Energy Institute for Transtition (EITS) mendorong Menteri Energi dan Sumber Daya Minereal (ESDM) Bahlil Lahadalia untuk melakukan ekstraksi gas alam (Natural Gas) menjadi LPG (Liquefied Petroleum Gas).

Sejumlah lapangan minyak dan gas (Migas) di Indonesia, kata Godang Sitompul Ketua dan Founder EITS, memiliki potensi untuk menghasilkan LPG sebagai produk sampingan dari eksploitasi gas alam. 

Sebelumnya, setelah dilantik menjadi Menteri ESDM, Bahlil mengatakan akan membangun hilirisasi LPG di dalam negeri untuk mengurangi impor LPG.

Godang mengatkan konsumsi LPG di Indonesia sudah melebihi 8 juta ton per tahun. Pada tahun 2023, realisasi konsumsi LPG bersubsidi mencapai sekitar 8,07 juta ton dan kuota untuk tahun 2024 diproyeksikan mencapai 8,12 juta ton.

Dari nilai tersebut, kata Godang, sebanyak  6,95 juta ton atau lebih dari 85% diperoleh dari sumber impor. Jika dihitung dengan harga LPG 580 USD/ton dengan kurs Rp.16.000 per USD, maka nilai impor LPG mencapai Rp. 64 Trilyun.

Ekstraksi gas alam cair menjadi LPG, kata Godang, adalah solusi untuk menekan impor LPG. 

Baca Juga :   Wakil Ketua Komisi VI Apresiasi Presiden Prabowo Pengecer Bisa Kembali Jual LPG 3 Kg

“Hilirisasi lapangan-lapangan (terindikasi mengandung LPG)  agar segera melakukan upaya-upaya proses produksi LPG, seperti yang ditemukan di Wilayah Kerja North Ganal sumur Geng North-1 bisa diolah menjadi LPG di Kilang Gas Bontang Badak NGL, Kalimantan Timur,” ujar Godang dalam keterangan pers, Minggu (25/8).

Dia menambahkan, beberapa lapangan migas di Indonesia memang memiliki potensi untuk menghasilkan LPG sebagai produk sampingan dari eksploitasi gas alam. Berdasarkan informasi yang ada, terdapat 17 lapangan migas di Indonesia yang memiliki indikasi kandungan LPG dengan total kapasitas sekitar 1,2 juta ton per tahun.

Lapangan-lapangan tersebut biasanya mengandung gas alam yang dapat diekstraksi menjadi propana dan butana, komponen utama LPG. Pengembangan lebih lanjut terhadap lapangan ini penting untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor LPG, terutama karena kebutuhan domestik terus meningkat

“SKK Migas perlu mendata lapangan-lapangan itu dan bekerja sama dengan Ditjen Migas untuk menawarkan kepada investor potensi membangun kilang LPG dengan mengekstraksi gas alam menjadi LPG,” pungkasnya.

Samuel Sembiring, dkk dalam Jurnal Teknik ITS  Vol. 8, No. 2, (2019) sudah menulis kajian mengenai “Pemanfaatan Gas Alam sebagai LPG”. Dalam artikel itu, mereka menyebut “gas alam merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai produk, salah satunya diolah menjadi Liquefied Petroleum Gas (LPG)”.

Baca Juga :   Pertamina Pastikan Distribusi BBM dan LPG Aman dan Lancar Selama Liburan Nataru

Ekstraksi gas alam cair menjadi LPG sudah direalisasikan oleh Pertamina di Kilang LNG Badak di Bontang dalam proyek yang mereka sebut LPG Production Booster System.

LPG Booster System mulai beroperasi sejak Desember 2021, dan hingga Oktober 2022 telah melakukan tiga kali pengapalan. Diproyeksi terdapat penambahan produksi LPG sebesar 1,56 juta M3 atau 780.000 Metrik Ton selama periode 2022-2027.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics