
Dilantik Jadi Menteri ESDM, Bahlil Fokus pada Masalah Lifting Minyak yang Menurun dan Beban Impor LPG

Serah terima jabatan Menteri ESDM dari Arifin Tasrif ke Bahlil Lahadalia, Senin, 19 Agustus 2024
Bahlil Lahadalia fokus mencari solusi atas menurunnya produksi minyak siap jual (lifting) di tengah tren meningkatnya konsumi minyak di dalam negeri.
Mantan Menteri Investasi ini juga mendorong investasi fasilitas produksi Liquid Petroleum Gas (LPG) di dalam negeri untuk mengurangi impor.
Bahlil baru saja dilantik Presiden Joko Widodo menjadi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menggantikan Arifin Tasrif. Selain Bahlil, Joko Widodo juga mengangkat beberapa menteri dan wakil menteri serta kepala badan, jelang masa kepresidennanya berakhir 20 Oktober 2024.
Saat serah terima jabatan di Kantor Kementerian ESDM, selain berkomitmen meneruskan program kerja Arifin, Bahlil fokus pada ketahanan energi domestik, terutama lifting minyak yang menurun dan pembangunan fasilitas LPG untuk mengurangi impor.
Peningkatan lifting ini, kata Bahlil, dilakukan dengan mengoptimalisasi sumur-sumur minyak yang idle.
“Jadi, ibu Dirut Pertamina, ini kita harus bicara detil, karena lifting kita turun terus, (sementara) konsumsi naik, impor terus, [padahal] barang kita ada,” ujar Bahlil.
“Kalau memang itu persoalannya ada di regulasi, apanya yang harus kita ubah? Sweetener apa yang negara berikan agar kita kompetitif?” tambah Balil.
Dalam acara serah terima ini, selain pejabat di Kementerian ESDM, juga hadir pimpinan perusahaan BUMN sektor ESDM, termasuk Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati. Hadir juga Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto.
Selain soal lifting minyak, Bahlil juga menyoroti impor LPG yang terus meningkat.
“Arahan Pak Presiden (terpilih) Pak Prbowo sama Pak Jokowi, segera kita membangun hilirisasi LPG,” ujarnya.
Bahlil yang merupakan pengusaha di sektor pertambagan, tidak memberikan penekanan khusus soal sektor mineral dan batubara. Ia hanya mengatakan, melanjutkan program yang sudah ada, sembari memperbaiki secara bersama-sama bila masih ada yang “belum baik”.
“Saya tahu banyak yang mengeluh tentang barang ini (minerba), saya juga pusing kadang-kadang, tetapi nggak apa-apa. Kalau kita nggak pusing berarti negara itu sudah aman. Jadi, kalau kita pusing berarti negara ini masih butuh perbaikan. Dan kita lanjutkan apa yang sudah dilakukan oleh Pak Arifin,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Arifin Tasrif mengakui di tengah pertumbuhan konsumsi migas, Indonesia dihadapakan pada penurunan produksi minyak dalam negeri.
“Kita hadapi hal ini dengan langkah-langkah strategis antara lain upaya-upaya untuk penemuan sumber-sumber baru. Kita lakukan juga upaya optimasi sumber-sumber yang ada, dengan memanfaatkan teknologi dan pengalaman-pengalaman yang telah dilaksanakan oleh para calon partner kita,” ujar Arifin.
Selain optimasi sumber-sumber minyak yang ada, kata Arifin, perbaikan kebijakan juga dilakuan untuk meningkatkan daya tarik investasi di sektor hulu migas.
“Saat ini kita juga telah memperoleh anugerah berupa ditemukannya sumber-sumber gas yang baru antara lain di North Ganal Kaltim yang kita harapkan akan mulai berproduksi mulai 2027-2028,” ujarnya.
Selain itu, pemerintah kata Arifin, juga mengupayakan percepatan produksi blok Andaman sebelum 2030. Demikian juga blok Masela diharapkan bisa produksi pada 1 Januari 2030.
“Untuk itulah, kita perlu membangun infrastruktur energi dan ini menjadi tantangan kementerian ini bagaimana infrastruktur energi itu bisa kita bangun sehingga kita bisa menjamin ketahanan energi,” ujar Arifin.
Saat ini, tambah dia, Pemerintah sudah menyelesaikan beberapa proyek transmisi antara lain untuk gas dari Sumatera hingga Jawa, yang diharapkan tersambung pada 2028.
“Kita juga harus melakukan efisiensi antara lain konversi pemanfaatan minyak menjadi gas, karena kita memiliki sumber gas, agar impor kita bisa berkurang,” ujarnya.
Jaringan gas, tambah Arifin, perlu terus dibangun untuk memanfaatkan gas alam di dalam negeri, sehingga bisa mengurangi impor LPG.