Libatkan Musisi dari Negara G20, Pianis Ananda Sukarlan Gelar Konser Orkestra di Candi Borobudur

0
643

Pianis senior Ananda Sukarlan, yang juga Direktur Artistik G20 Orchestra sedang menyiapkan konser orkestra istimewa di pelataran Candi Borobudur pada 12 September 2022. G20 Orchestra, nama orkes bentukan Ananda, merupakan kumpulan musisi muda dari berbagai Negara 20 negara anggota G20.

Melalui event orkestra ini, Indonesia bisa menampilkan musisi-musisi terbaiknya serta momen menunjukkan kemampuan Indonesia di mata dunia. Karena itu, Ananda mengatakan, konser ini bukan sekedar pertunjukan musik biasa.

“Kita harus bisa membuat gebrakan, yang negara lain belum pernah lakukan. Dalam hal gender, dimana dalam musik klasik sangat dominan laki-laki, pada orkestra ini kita mengedepankan kesetaraan gender. Tercermin pada komposisi musisi yang terlibat di dalamnya. Kumpulan musisi ini juga milenial, anggotanya anak muda. Kita ingin inovasi anak muda,” kata Ananda dalam diskusi online yang digelar Forum Merdeka Barat 9 (FMB9), Rabu (7/9).

Lebih lanjut Ananda menjelaskan bahwa orkestra nanti akan disajikan dalam bentuk musik klasik. Langkah ini dilakukan untuk memperkenalkan budaya dan kearifan lokal dalam event penyelenggaraan Pertemuan G20.

Baca Juga :   G20 Sepakat Kerjasama Pengembangan Vaksin dan Obat-obatan Covid-19

“Akhirnya saat ini Indonesia bisa dipandang oleh dunia, bahwa kita bukan hanya punya budaya etnik tetapi dunia musik. Kita bisa sejajar dengan negara-negara lain, bisa menawarkan musisi-musisi kita untuk bermain bersama musisi-musisi dari negara lain,” uangkap Ananda.

Orkestra yang melibatkan musisi dari 20 negara itu tidak sekedar pertunjukan musik klasik. Lebih dari itu, G20 Orchestra adalah sebuah dokumentasi sejarah yang dibuat dalam bentuk musik orkestra.

“Kita bisa mengklaim juga bahwa orkestra sebagai warisan musik klasik. Sebelumnya tidak ada orkestra yang anggotanya dari 20 negara. Musik itu bukan hanya sekedar hiburan, tapi juga bentuk dokumentasi dari kejadian sejarah. Juga satu bentuk diplomasi antara manusia-manusia yang berbeda karena musik itu bahasa universal,” pungkasnya.

Musik, tambahnya, mempersatukan manusia dari berbagai latar belakang suku, ras dan status sosial. “Sudah dibuktikan, kita sudah berkumpul lima hari selama di Jakarta, musikus itu sudah kayak seperti keluarga, mereka senang banget, persahabatan persaudaraannya luar biasa. Rencana kami tercapai. Kita semua bersatu, bodoh amat dari agama apa, suku apa dan pandangan politiknya,” tuturnya.

Baca Juga :   Batik Air Incar Penumpang Jelang Perayaan Waisak, Ada 63.360 Kursi dengan Penawaran Khusus

Ketika ditanya penentuan lokasi pertujukan di Borobudur, menurutnya Borobudur itu kuno seperti musik klasik yang kuno. “Orkestra yang akan kita mainkan bukan karya biasa tetapi karya-karya dari 100 tahun terakhir. Itu harus terdokumentasi sehingga membuat kita semakin aware tentang apa yang akan dilakukan nanti,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa melalui sajian orkestra istimewa ini, dirinya juga ingin menampilkan kebudayaan Indonesia ke mata dunia. Karena itu, pilihan lokasi Candi Borobudur untuk menghelat orksetra istimewa tersebut sangat relevan dengan semangat memanfaatkan aset budaya sebagai media diplomasi.

“Pesan lain dari acara ini ialah kita bisa menggunakan aset budaya untuk berdiplomasi. Jadi budaya itu tidak boleh ditaruh di lemari es, seperti yang disampaikan dalam UU Kebudayaan, budaya itu harus dimanfaatkan,” tuturnya.

Leave a reply

Iconomics