
Mendag: Impor untuk Memastikan Harga Bahan Pokok Terkendali

Menteri Perdagangan M Lutfi
Langkah pemerintah melakukan impor sebenarnya untuk memastikan harga bahan pokok dan bahan penting bisa terkendali. Dan itu pula yang menjadi perhatian utama dari Presiden Joko Widodo.
Soal ini, kata Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, pernah terjadi ketika harga kedelai melambung lebih dari 46% pada awal 2019. Hal yang sama juga terjadi pada komoditas-komoditas lainnya seperti gula, daging sapi dan beras.
“Soal daging ini kita kan diwajibkan membeli dari Australia, padahal karena kebakaran hutan di sana sejak 2019 mengganggu ekspor daging sapi mereka dan itu baru selesai 2023. Nah inilah beberapa hal yang membuat kita harus mengambil sikap,” kata Lutfi, Kamis (18/3).
Menurut Lutfi, persoalan ekspor-impor ini juga terkait menjaga daya beli masyarakat. Apabila pasokan dipastikan ada, maka bisa menjaga kestabilan harga. Lalu, soal meningkatkan ekspor dan mencegah impor, itu tidak sesuai dengan adab baru perdagangan dunia yang berkolaborasi.
“Kita ini kan bagian dari rantai pasok perdagangan dunia,” kata Lutfi.
Berdasarkan struktur impor Indonesia 2020, kata Lutfi, hanya 10% yang berurusan dengan konsumsi. Selebihnya 72,9% merupakan impor untuk bahan baku dan penolong serta 16% untuk bahan modal. Karena rendahnya impor pada 2020, maka surplus perdagangan mencapai US$ 21 miliar.
Fakta itu, kata Lutfi, menunjukkan turunnya impor lebih deras ketimbang kenaikan ekspor. Itu bisa dilihat dari nilai ekspor 2020 yang hanya US$ 155 miliar dari sebelumnya US$ 900 juta. Pandemi Covid-19 ini, kata Lutfi, membatasi pergerakan sosial sehingga impor bahan bakar minyak turun drastis pada 2020.
“Ini yang sebabkan surplus. Tapi sebenarnya, ini bagian dari pelemahan struktur ekonomi yang harus kita perbaiki. Maka menjaga daya beli masyarakat menjadi salah satu kunci penyelesaian ekonomi kita dalam jangka pendek dan menengah,” kata Lutfi.
Leave a reply
