
Penggunaan EBT di Indonesia Masih Jauh dari Target, Menteri ESDM; Ada Peningkatan, Tetapi Tak Signifikan

Konferensi Pers Capaian Sektor ESDM Tahun 2023 dan Program Kerja Tahun 2024” di Kantor Kementerian ESDM, Senin, 15 Januari/Foto: Dok.Kementerian ESDM
Meski terus digaungkan oleh pemerintah dan berbagai kalangan, penggunaan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) di Indonesia masih tak signifikan dalam bauaran energi (energy mix) nasional. Pemerintah menyatakan perlu ada upaya keras untuk mendongrak EBT.
Hingga akhir tahun lalu, menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, realisasi bauran energi primer yang berasal dari EBT baru mencapai 13,1% atau 238,1 Million Barrel Oil Equivalent (MBOE).
Arifin mengatakan memang ada peningkatan penggunaan EBT dalam bauran energi nasional, “cuma belum signifikan.”
“Sehingga ini perlu upaya-upaya keras untuk bisa mendekati target capaian di tahun 2025. Tahun 2025 itu kita targetkan 23% bauran, tetapi saat ini kita masih pada level 13,1%,” ujar Arifin dalam “Konferensi Pers Capaian Sektor ESDM Tahun 2023 dan Program Kerja Tahun 2024” di Kantor Kementerian ESDM, Senin, 15 Januari.

Bauran energi Indonesia tahun 2023/Sumber: paparan Menteri ESDM
Untuk mencapai target bauran EBT 23% pada tahun depan, Arifin mengatakan memang “harus menyiapkan beberapa langkah-langkah strategis.
“Antara lain pelaksanaan pembangunan EBT yang sudah direncanakan di dala RUPTL [Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik]. Targetnya di 2025 harus terpasang 10,6 Gigawatt [EBT] lagi,” ujarnya.
Menurut Arifin, implentasi program PLTS Atap “sebetulnya dapat mempercepat,” peningkatan EBT dalam bauran energi Indonesia.
“Tetapi, tentu saja nati harus disesuaikan dengan kemampuan dari masyarakat dan juga kemampuan dari PLN untuk bisa mengakomodirnya,” ujarnya.
Selain PLTS Atap, tambah Arifin, program konversi pembangkit ke EBT dan juga program mandatori B35 dapat meningkatkan EBT dalam bauran energi. Tahun 2025, tambahnya, pemerintah menargetkan realisasi B35 mencapai 13,9 juta kiloliter (KL).
“Kita juga harus mengintenskan program co-firing untuk bisa mengurangi emisi dan juga menyediakan akses energi melalui EBT di lokasi-lokasi 3T [Tertinggal, Terdepan dan Terluar], [meningkatkan] eskplorasi panas bumi yang masih belum mencapai apa yang kita rencanakan dan kita programkan. Kemudian kita juga harus bisa memanfaatkan EBT off-grid, mengidentifikasi potensinya dan bagaimana kita mengimplementasikannya,” ujarnya.
Di tahun 2023, Kementerian ESDM mencatat penambahan kapasitas terpasang pembangkit EBT sebesar 539,52 MW sehingga total kapasitas terpasang pembangkit EBT 2023 sebesar 13.155 MW. Adapun pada tahun 2024, kapasitas pembangkit EBT ditargetkan meningkat sebesar 13.886 MW.
Penambahan kapasitas terpasang PLT EBT pada tahun 2023 di antaranya berasal dari PLTS Terapung Cirata 192 MW; PLTP Sorik Marapi Unit 4 39,6 MW; PLTM Tongar 6,5 MW; dan PLTBg PT Pasadena Biofuels Mandiri 3,9 MW.
Hingga Desember 2023, kapasitas terpasang pembangkit EBT terbanyak dari sumber energi air sebesar 6.784,2 MW. Kemudian PLT Bioenergi 3.195,4 MW, lalu diikuti dengan PLT Panas Bumi 2.417,7 MW. Kapasitas pembangkit dari tenaga surya (PLTS) juga bertambah cukup signifikan dari beroperasinya PLTS Terapung Cirata, sehingga total kapasitas menjadi 573,8 MW. Sementara total kapasitas dari PLTB sebesar 154,3 MW dan PLT Gas Batubara sebanyak 30 MW.
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, penambahan kapasitas Pembangkit Listrik dari Energi Baru dan Terbarukan (EBT) sebesar 3.322 Megawatt (MW), dengan kenaikan kapasitas rata-rata sekitar 6 persen per tahun.
1 comment
Leave a reply

[…] dalam “Konferensi Pers Capaian Sektor ESDM Tahun 2023 dan Program Kerja Tahun 2024” di Kantor Kementerian ESDM, Senin, 15 Januari, mengatakan pemerintah akan mengupayakan agar target […]