Pertamina: Proyek Kilang untuk Fleksibilitas Jenis Minyak Mentah yang Diolah

0
845

PT Pertamina (Persero) saat ini sedang  memodernisasi (upgrading) kilang-kilang eksisting dan membangun kilang baru melalui proyek yang disebut Refinery Development Master Plan (RDMP) dan Grass Root Refinery (GRR).

Selain untuk meningkatkan kapasitas produksi, proyek-proyek ini juga dapat memberikan fleksibilitas dalam menggunkan jenis minyak mentah yang diolah. Fleksibilitas memungkinkan perusahaan energi plat merah ini bisa mendapatkan minyak mentah dengan harga yang kompetitif  sehingga harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri bisa terjangkau dengan kualitas yang ramah lingkungan sesuai standar Euro 5.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan jenis minyak mentah (crude oil) yang dapat diolah pada kilang eksisting saat ini sangat terbatas. Jumlahnya di dunia pun hanya 3,3% dari total minyak mentah yang ada di dunia. Kondisi ini yang menyebabkan harga beli minyak mentah pun lebih tinggi.

“Dengan nanti kita membangun kilang-kilang yang baru maupun modernisasi kilang-kilang yang ada akan dapat memperbaiki flesibilitas dari jenis crude yang akan dapat diolah. Sehingga kita harapkan setelah pembangunan ini, harga dari crude yang diolah ini dapat kita tekan yang ujung-ujungnya ini akan berpengaruh terhadap harga pokok produksi. Dengan demikian nantinya kita harapkan harga BBM akan semakin kompetitif, semakin affordable bagi masyarkat Indonesia,” ujar Nicke saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) secara virtual dengan Komisi VII DPR RI, Senin (5/10).

Baca Juga :   Pertamina Mengejar Target 10.000 Pertashop

Saat ini Pertamina memiliki 6 kilang dengan kapasitas produksi mencapai 1 juta barel per hari. Melalui proyek RDMP dan GRR, kapasitas produksi akan meningkat menjadi 1,8 juta barel per hari. Minyak yang dihasilkan juga adalah yang sesuai denga standar Euro 5.

Kondisi kilang-kilang yang ada ini umumnya sudah tua. Kilang termuda adalah kilang Balongan yang dibangun tahun 1990 dan mulai beroperasi tahun 1994 atau sudah berusia 26 tahun. Kilang-kilang yang lainnya ada yang sudah berusia 36 tahun, 50 tahun dan bahkan sudah ada yang mendekati 100 tahun.

Direktur Utama Refining & Petrochemical (PT Kilang Pertamina International), Ignatius Tallulembang menjelaskan kilang-kilang yang ada ini (eksisting), awalnya dirancang untuk mengolah minyak mentah yang dihasilkan di dalam negeri yang umumnya adalah minyak mentah dengan kadar sulfur rendah yaitu 0,2% atau kadar density sebesar  27-37 kg/meter kubik.

Hanya satu train, dari dua train di kilang Cilacap yang sudah bisa mengolah minyak mentah dengan kadar sulfur tinggi yaitu sebesar 2% yaitu minyak metah jenis Arabian Light Crude  yang diimpor sebesar 100.000 barel per hari.

Baca Juga :   Pertamina-Siemens Energy Siap Wujudkan Transisi Energi Berkelanjutan

“Selebihnya menggunakan atau mengolah crude domestik. Namun ada beberapa yang sudah kita subtitusi juga, kita lakukan impor dari luar. Tentuya dengan tipikal atau pun propertis yang sejenis yang dihasilkan di negara kita ini,” ujar Ignatius.

Dengan proyek RDMP dan GRR, jelas Ignatius, kilang-kilang Pertamina akan mampu mengolah minyak mentah dengan sulfur tinggi yang ketersediaannya di dunia mencapai 61%. Pasokan yang banyak ini tentu akan semakin memudahkan Pertamina mendapatkan minyak mentah dengan harga kompetitif, ketimbang minyak mentah dengan sulfur rendah yang ketersediaannya di dunia hanya 3,3%.

Ada pun total investasi untuk proyek RDMP dan GRR Pertamina ini adalah US$48 miliar.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Halaman Berikutnya
1 2

Leave a reply

Iconomics