
Resep Agus Martowardojo Membuat Bank Sakit Menjadi Sehat

Agus Martowardojo/Bisnis.com
Komisaris Utama BNI yang juga bankir senior, Agus Martowardojo membagikan pengalaman panjangnya sebagai bankir. Salah satunya, saat Agus diberikan kepercayaan untuk memimpin Bank Bumiputera.
Agus menceritakan bahwa pada saat itu, Bank Bumiputera melakukan langkah-langkah yang agresif, mulai dari perekrutan tenaga profesional, hingga melakukan investasi. Namun langkah ini, Agus nilai sebagai langkah yang tak hati-hati karena ketika ada Gebrakan Sumarlin, Bank Bumiputera langsung collapse.
“Equity-nya sudah negatif, tiap bulan rugi oleh Bank Indonesia sudah masukkan ke dalam pengawasan khusus, modalnya bisa dikatakan negatif. Kalau tidak mau ditutup bank sentral, kamu harus jaminkan gedung, deposito,” kata Agus dalam CEO Banking Forum pada 9 Januari 2023.
Namun, sentuhan Agus pada bank ini membuat perubahan positif. Setelah Agus menjabat sebagai chief executive officer (CEO) dalam waktu 8 bulan, akumulasi kerugian dan total kerugian tiap bulan bisa diubah menjadi untung. Dalam pernyataannya, Agus menekankan bahwa yang paling penting adalah jaga kepercayaan antara stakeholders, nasabah, dan regulator agar dapat dilakukan rencana penyehatan.
“Kemudian langsung meminta izin bank devisa, minta tambahan modal, berhasil meyakinkan penambahan modal dan begitu krisis tahun 1997 dan 1998 kita selamat dari penutupan bahkan kita masuk bank dalam kategori A yang sehat dan bisa survive,” tambahnya.
Dalam membangun kepercayaan, Agus Martowardojo juga sampaikan beberapa hal yang harus dibangun. Yang pertama adalah mempersiapkan governance structure yang sesuai dengan prosedur.
“Yang harus kita dipersiapkan governance structure, meyakinkan bahwa organisasinya sudah betul, sudah didukung dengan fungsi-fungsi, ada fungsi bisnis, business operation, ada corporate secretary, audit, risk management, kita yakinkan filosofi policy dan prosedurnya sudah betul,” jelas Agus.
Ia juga mengatakan bahwa govenance structure harus benar-benar didorong sehingga tidak memunculkan ekstra risiko. Setelah mempersiapkan governance structure, selanjutnya adalah yakin bahwa organisasi yang dipimpin diisi oleh orang-orang baik, yang punya integritas dan kompetensi.
Lalu, pastikan proses itu sudah sesuai, dijalankan sesuai dengan sistem yang ada pada saat proses dijalankan. Selain itu, perlu pula assesment untuk alternatif keputusan dan mempelajari alternatif yang ada beserta risikonya.
“Dipelajari alternatif-alternatif yang ada dan risiko yang ada. Dan kemudian kita juga melihat ada kepatutan disitu bahwa semua sudah betul, make sense. Nah baru kita ambil keputusan. Kalau kita sudah seperti itu Insyaallah ke depan kita akan bisa siap untuk menjelaskan dan menjaga organisasi kita selalu dalam kondisi taat asas,” tambahnya.
Leave a reply
