Strategi Pertumbuhan CIMB Niaga,  Fokus pada Segmen Konsumer dan UMKM

0
300

PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) membukukan kinerja keuangan yang tumbuh positif sepanjang Januari-September 2023. Laba bersih naik signifikan terutama karena beban provisi atau cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang menurun signifikan.

Sepanjang Januari-September 2023, CIMB Niaga membukukan pendapatan bunga sebesar Rp16,7 triliun, naik 19,2% year on year (yoy). Namun, akibat kenaikan suku bunga acuan, beban bunga meningkat drastis sebesar 61,2% yoy menjadi Rp6,5 triliun, sehingga pendapatan bunga bersih menjadi sebesar Rp10,18 triliun, naik 2,1% yoy.

Pendapatan selain bunga selama 9 bulan 2023 sebesar Rp4,3 triliun, naik 5,1% yoy. Dengan demikian, total pendapatan operasonal CIMB Niaga pada Januari-September 2023 sebesar Rp14,5 triliun, naik 3% yoy.

“Dari sisi beban operasional, kami berhasil kontrol. OpEx atau beban operasional naik sekitar 2,6%. Kemudian beban provisi (CKPN) turun cukup signifikan sekitar 37%. Sehingga laba bersih naik hampir 28% menjadi Rp4,9 triliun,”beber Teguh Sunyoto, Investor Relation CIMB Niaga dalam paparan publik tahunan, Jumat (24/11).

Teguh mengatakan kinerja keuangan selama 9 bulan 2023 ini mencerminkan keberhasilan implmentasi strategi bisnis yang dijalankan Perseroan selama 5-6 tahun terakhir.

Ia menyampaikan CIMB Niaga memiliki lima pilar strategi yang sudah diimplementasikan 5-6 tahun terakhir.

Pilar pertama adalah fokus pada segmen yang memberikan imbal hasil yang tinggi dengan risiko yang rendah.

“Kami berkomitmen untuk terus tumbuh secara profitable di segmen yang secara return on capital menghasilkan tingkat yang lebih tinggi dibandingkan segemen yang lain. Segmen tersebut adalah konsmer dan UMKM,” ujar Teguh.

Ia menjelaskan, selain memberikan imbal hasil tinggi, dua segmen ini umumnya dijamin dengan kolateral (collateralized), sehingga secara risiko lebih rendah dibandingkan segmen-segmen yang lain.

Baca Juga :   Naik 28,41%, CIMB Niaga Tbk Raup Laba Bersih Rp6,47 Triliun pada 2023

Per September 2023, kontribusi kredit ritel yang terdiri atas kredit kosumer dan UKM CIMB Niaga mencapai 45,8%, naik dari 35,9% pada tahun 2018.

Dari sisi nilai penyaluran kredit, per September 2023, kredit konsumer tumbuh 5,9% yoy menjadi Rp71,21 triliun. Pertumbuhan tersebut ditopang oleh pertumbuh Kredit Pemilikan Mobil (KPM) yang tumbuh 11,5% menjadi Rp12,93 triliun. Selain itu, pertumbuhan kredit konsumer juga ditopang oleh pertumbuhan Kartu Kredit dan Personal Loan yang tumbuh 10,9% menjadi Rp14,57 triliun. Sementara itu, segmen KPR yang merupakan porsi terbesar kredit konsumer CIMB Niaga tumbuh 2,7% menjadi Rp42,71 triliun.

Sementara itu, kredit UKM tumbuh 8,2% yoy pada September 2023, menjadi Rp23,88 triliun.

“Jika kami tumbuh di kedua segmen ini [konsumer dan UKM] lebih cepat dibandingkan segmen yang lain, maka dalam jangka menengah dan panjang return on capital portofolio CIMB Niaga juga akan meningkat dari waktu ke waktu. Harapannya, return on equity untuk investor juga akan terus meningkat dari waktu ke waktu,” ujar Teguh.

Selanjutnya, pilar kedua dalam strategi pertumbuhan CIMB Niaga adalah peningkatan CASA atau sumber pendanaan murah. “Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan pendanaan yang murah ini baik dari sisi ritel maupun non ritel. Hanya memang fokus utama kami adalah menumbuhkan dari sisi ritel dengan cara meningkatkan jumlah customer base kami di sisi ritel baik dengan menggunakan atau memanfaatkan jaringan kami yang tersebar luas di seluruh Indonesia maupun dengan memanfaatkan kapabilitas digital maupun partnership kami dengan berbagai ekosistem digital di Indonesia,” ujar Teguh.

Baca Juga :   Menyasar Kelas Atas, Visa dan CIMB Niaga Luncurkan Kartu CIMB Preferred Visa Infinite Syariah

Per September 2023, porsi CASA CIMB Niaga mencapai 66,7%, naik dari 52,6% pada tahun 2018. Dari segi nilai CASA, per September 2023 mencapai Rp156,96 triliun, naik 4,5% yoy. Pertumbuhan tersebut bersumber dari pertumbuhan tabungan sebesar 6,7% yoy menjadi Rp79,72 triliun. Sementara giro tumbuh 2,4% yoy menjadi Rp77,24 triliun.

“Harapannya, dengan meningkatkan CASA, cost of fund kami juga lebih kompetitif, sehingga kami lebih bisa memilih nasabah-nasabah yang memiliki profil yang baik dan juga lebih meningkatkan profitabilitas dari bank,” ujar Teguh.

Pada pilar ketiga, CIMB Niaga disiplin dalam pengelolaan biaya operasional yang merupakan komponen biaya terpenting setelah biaya bunga.

“Kami berkomitmen untuk terus memaksimalkan efisiensi dan juga meningkatkan produktivitas operasional kami sehingga akan menghasilkan operasonal yang efisien dan dapat mendukung atau mendorong pertumbuhan bank dalam jangka panjang,” ujarnya.

Teguh mengatakan dalam lima tahun terakhir, CIMB Niaga berhasil memperbaiki biaya operasional yang tercermin dari penurunan cost to income ratio (CIR) dari 50,2% pada tahun 2018 menjadi 44,2% pada Sepetember 2023.

Pada pilar keempat, CIMB Niaga berupaya untuk tetap menjaga permodalan yang kuat dan tetap mengedepankan manajemen risiko yang prudent.

“Ini dibuktikan dengan rasio permodalan kami yang terus meningkat dan secara asset quality portofolio kami juga terus mengalami perbaikan,” ujar Teguh.

Rasio permodalan atau CAR CIMB Niaga per September 2023 sebesar 23,8%, naik dari 19,7% pada 2018. Peningkatan permodalan ini juga dilakukan dengan tetap menjaga kualitas aset yang tercermin dari perbaikan Non Performing Loan (NPL), dari 3,1% pada 2018 menjadi 2,4% pada September 2023.

Baca Juga :   Ada Penerapan Tarif QRIS, CIMB Niaga akan Tetap Mendorong Perluasan Cashless Society

Pilar kelima pertumbuhan CIMB Niaga adalah pemanfaatan teknologi informasi. “Kami akan terus berinvestasi di area teknologi dan digital. Utamanya, satu untuk meningkatkan  customer experience baik itu customer di sisi ritel maupun non ritel. Kami juga berupaya untuk mendigitalisasikan proses bisnis internal dan juga model bisnis yang ada saat ini sehingga kontribusi penpdatan dari kanal digital atau kanal-kanal yang terkait denga elektronik akan terus meningkat ke depan,” ujar Teguh.

Keberhasilan implementasi pilar kelima ini terlihat dari indiaktor penetrasi digital, yang  naik dari 93,6% pada tahun 2018 menjadi 97% pada September 2023.

“Ke depannya spending atau capex di sisi teknologi juga akan terus kami tingkatkan untuk meningkatkan kapabilitas CIMB Niaga,” ujar Teguh.

Teguh mengatakan implementasi dari kelima pilar starategi bisnis ini terefleksikan dari return on equity (RoE) atau imbal hasil terhadap ekuitas yang terus mengalami peningkatan dari 9,5% atau single digit pada 2018 menjadi 15,4% di Sepetmer 2023.

“Dengan kinerja ini kami juga dapat meningkatkan rasio pembayaran dividen dari 20% pada 2018 dan 2019, naik menjadi 40% pada 2020 dan tiga tahun terakhir kami maintain rasio dividen di 60%. Sehingag dividen per saham pun meningkat hampir 40% selama lima tahun ke belakang,” ujarnya.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics