
Bareksa dan OVO Luncurkan Gerakan #InvestasiLawanCorona, Sebagian Dana untuk Donasi

Ilustrasi/Liputan6.com
Perusahaan marketpalce finansial , Bareksa meluncurkan gerakan #InvestasiLawanCorona. Bekerja sama dengan perushaan dompet digital OVO, Bareksa mengajak masyarakat untuk berinvestasi sekaligus berdonasi termasuk mendukung rencana Kementerian Keuangan RI menerbitkan pandemic bonds.
“Kami mengajak segenap investor untuk bukan hanya berinvestasi bagi peningkatan kesejahteraan mereka sendiri, tapi juga untuk bersama-sama meredam dan membangkitkan pasar keuangan nasional dan berinvestasi dalam bentuk donasi untuk membantu pemerintah memerangi pandemi global ini. Ini saatnya kita bergerak bersama,” ujar Co-founder dan CEO Bareksa Karaniya Dharmasaputra dalam siaran pers, Senin (6/4).
Melalui gerakan #InvestasiLawanCorona Bareksa dan OVO akan mendonasikan dana dari setiap penjualan reksa dana dan emas di platform Bareksa dengan menggunakan metode pembayaran OVO. Untuk setiap transaksi reksa dana dan emas senilai minimal Rp 300 ribu, Bareksa dan OVO akan menyumbangkan Rp 50 ribu setiap transaksi.
“Program ini juga akan diberlakukan untuk mendukung rencana pemerintah menerbitkan pandemic bonds,” tambah Karaniya.
#InvestasiLawanCorona akan berlangsung selama satu bulan, dengan kode promo LAWANCORONA. Dari total dana yang terkumpul, sebanyak 30% akan dibelikan Alat Pelindung Diri (APD) untuk tenaga medis di sejumlah rumah sakit rujukan yang disalurkan melalui WeCare.id, perusahaan sosial yang memfokuskan diri di bidang medis.
Sisanya 70% akan disalurkan melalui Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) membeli paket logistik keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan dan kesehatan bagi warga kurang mampu yang terdampak situasi darurat COVID-19, seperti para driver ojol dan mereka yang bergantung pada penghasilan harian.
Karaniya yang juga merupakan Presiden Direktur OVO menjelaskan Bareksa dan OVO siap mendukung Perppu No. 1/2020 mengenai kebijakan keuangan negara dan stabilitas keuangan untuk penanganan pandemi COVID-19. Salah satu poin dalam Perppu menyatakan pemerintah dapat menerbitkan SUN (Surat Utang Negara) atau SBSN (Surat Berharga Syariah Negara) dengan tujuan tertentu, khususnya dalam penanganan pandemi Covid-19.
Sejak 2018, Bareksa merupakan satu dari dua perusahaan fintech pertama yang ditunjuk Kementerian Keuangan menjadi mitra distribusi SUN dan SBSN ritel secara online.
Di tengah anjloknya pasar modal di seantero dunia, ada fenomena yang sangat menarik. Dalam penerbitan SBSN belum lama ini, yakni seri SR012, pemerintah berhasil meraup dana pembelian dari segmen ritel secara online hingga Rp 12 triliun. Angka ini melonjak hampir 50% dibanding penerbitan seri SUN Ritel yang dapat diperdagangkan di pasar sekunder sebelumnya yakni ORI 016. Investor yang membeli hampir 24 ribu orang, tertinggi sepanjang penjualan SUN dan SBSN ritel selama ini. Di platform Bareksa sendiri pembeli SR012 melonjak 79% dibanding ORI016.
Berdasarkan data OJK per Februari 2020, total seluruh dana kelolaan (asset under management, AUM) anjlok 3,1 persen secara year to date (ytd) menjadi Rp 2,28 triliun. Akan tetapi, dalam periode sama, AUM jenis reksadana pasar uang justru meningkat 10,4% menjadi Rp 76,4 triliun per akhir Februari 2020. Bareksa memperkirakan gambaran AUM industri di bulan Maret 2020, juga masih akan positif pada reksa dana pasar uang mengingat kinerja reksa dana yang masih cukup stabil di mana reksa dana ini masih memberikan hasil rata-rata di atas 6% dalam satu tahun terakhir.
Di Bareksa sendiri, per akhir Maret 2020, AUM reksa dana pasar uang meningkat 5% dibanding akhir bulan Februari 2020. Jumlah investor juga masih terus naik, saat ini telah lebih dari 800 ribu atau sekitar 43% dari jumlah investor reksadana di Indonesia.
Di sektor investasi emas, Bareksa baru saja meluncurkan BareksaEmas yang sudah bisa diakses oleh nasabah. Fitur jual beli emas secara online dengan fasilitas titipan ini diharapkan bisa menjadi alternatif investasi dan bisa menjadi aset aman (safe haven) saat terjadi risiko depresiasi rupiah terhadap dolar AS akibat pandemi Covid-19
Leave a reply
