Berusia 26 Tahun, Greenfields Indonesia Mampu Produksi 10% dari Total Produksi Susu Segar 2022

0
953

PT Greenfields Dairy Indonesia (Greenfields Indonesia) berkomitmen memastikan produksi susu segar dalam negeri (SSDN) yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan produksi SSDN pada 2022 hanya mencapai 968.980,14 ton.

CEO Greenfields Indonesia Andre Rompis menyampaikan selama 26 tahun, Greenfields sebagai perusahaan asli Indonesia selalu go extra miles dalam memastikan hasil produksi susu sapi segar berkualitas dari dua peternakannya mampu berkontribusi lebih besar dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, sekaligus membantu menopang ketahanan pangan nasional.

Greenfields Indonesia menyebut miliki market share lebih dari 50% pasar dalam kategori fresh milk. Saat ini, Perusahaan memiliki dua peternakan dan pabrik pengolahan susu terintegrasi di dataran tinggi Malang dan Blitar, yang menjadi rumah bagi lebih dari 19.000 sapi perah jenis Holstein dan Jersey.

“Kami percaya pentingnya happy cow, karena sapi yang hidup dengan nyaman dapat menghasilkan susu segar berkualitas baik dalam jumlah banyak. Pakannya juga terpilih, berkualitas tinggi dan nilai nutrisinya sesuai kebutuhan hidup dan produksi semua sapi. Kami juga konsisten menerapkan best practice dairy farming management, seperti pemeliharaan kesehatan rutin hingga penerapan biosecurity yang ketat. Langkah ekstra ini membuahkan sejumlah prestasi, di antaranya hasil produksi susu sapi segar yang rata-rata tiap tahunnya mencapai 97 ribu ton atau kurang lebih 10% dari total produksi SSDN 2022, dan sapi-sapi di kedua peternakan kami juga terhindar dari wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK),” lanjut Andre dalam keterangan resmi.

Baca Juga :   Satgas Waspada Investasi Sebut Kasus di IPB Modusnya Unik

Menurut Kepala Divisi Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Epi Taufik, pertumbuhan produksi SSDN yang masih sangat lambat berimbas pada tingginya impor susu yang mencapai 80% untuk bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri. Oleh karena itu, sudah seharusnya industri susu dan para peternak bisa bangkit bersama-sama, terlebih pasca wabah PMK yang telah mengurangi 10% populasi sapi perah dan menyebabkan penurunan produksi susu sampai 30%.

“Di tengah kondisi ini, saya mengimbau agar para pelaku industri tidak hanya berfokus mengembangkan bisnis tetapi juga menghasilkan produk yang bisa membantu mendukung quality of life dari masyarakat, khususnya produk-produk yang berasal dari susu sapi segar karena secara ilmiah lebih unggul dari segi nutrisi,” kata Epi.

Dr. Epi juga menyampaikan bahwa dalam beroperasi, perusahaan harus memerhatikan seluruh proses mulai dari hulu ke hilir, mulai dari animal welfare (kesejahteraan hewan), traceability, kualitas produk, hingga dampak berkelanjutan yang dihasilkan untuk lingkungan sekitarnya.

Leave a reply

Iconomics