
L’Oréal Indonesia Berikan Pendanaan Riset untuk 4 Perempuan

Fikri Alhabsie, Corporate Responsibility Director, L’Oréal Indonesia dan Dr. Itje Chodidjah, M.A., Executive Chairwoman of the Indonesian National Commission for UNESCO/Dok. L'Oreal
L’Oréal Indonesia kembali menggelar kegiatan L’Oréal-UNESCO For Women in Science untuk merayakan dan mendukung kiprah para perempuan peneliti Indonesia di bidang sains. Tahun ini, empat perempuan yang masing-masing berhasil memenangkan pendanaan riset senilai Rp100.000.000 adalah Novalia Pishesha, Ph.D. (Harvard University), Nurhasni Hasan, Ph.D.,Apt (Universitas Hasanuddin), Rindia Maharani Putri, Ph.D. (Insitut Teknologi Bandung) dan Anastasia Wheni Indrianingsih,Ph.D. (Badan Riset dan Inovasi Nasional).
“Minimnya jumlah perempuan peneliti di Indonesia salah satunya juga disebabkan oleh penurunan jumlah perempuan yang menempuh pendidikan tinggi. Oleh karena itu kita perlu memupuk minat generasi muda sedini mungkin,” kata Dr. Itje Chodidjah, M.A., Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dalam keterangan resmi.
Tidak hanya itu, perempuan yang berkarir di dunia sains pun masih menghadapi berbagai rintangan seperti gender bias, diskriminasi hingga kekerasan seksual yang masih terus berlangsung hingga saat ini. Namun semua hal itu tidak menghentikan mereka. Para perempuan peneliti terus membuktikan peranan penting mereka dalam berbagai bidang penelitian.
Itulah mengapa butuh banyak upaya kolaborasi yang harus dilakukan untuk stop the drop, melawan penurunan partisipasi perempuan muda dalam menekuni dan berkarir di dunia sains. Dimulai dengan mempromosikan pendalaman pendidikan sains bagi perempuan di jenjang pendidikan dasar dan menengah, kemudian mendorong mereka untuk melanjutkan karir di bidang penelitian dengan menghadirkan jenjang karir yang inklusif, menciptakan lingkungan kerja yang bebas kekerasan, memberikan apresiasi, publikasi, pendanaan yang setara, dan memberikan ruang suara bagi perempuan peneliti sehingga mereka bisa mendapatkan pengakuan yang setara atas prestasinya.
Tentunya upaya-upaya tersebut sejalan dengan misi L’Oréal-UNESCO For Women in Science yang bertekad untuk mendorong dan membantu lebih banyak perempuan muda menekuni dan berkarir di bidang sains, mengapresiasi dan mendukung kontribusi para perempuan peneliti agar penurunan ini bisa dihentikan. Karena dunia membutuhkan sains dan sains membutuhkan perempuan.
“Sejak 2004, L’Oréal Indonesia juga telah bermitra dengan KNIU dan berbagai asosiasi serta komunitas ilmiah untuk mendukung lebih banyak lagi perempuan peneliti berprestasi agar dapat ikut serta secara setara dalam memecahkan berbagai permasalahan, khususnya yang terjadi di Indonesia. Bertepatan juga dengan Hari Pahlawan Nasional, kami berharap program ini dapat mencetak local heroes yang akan membawa nama harum Indonesia hingga level internasional. Melalui program ini, kami mengajak mereka yang percaya pada kesetaraan untuk bergabung bersama kami dalam meningkatkan kesadaran akan tantangan yang dihadapi oleh perempuan peneliti,” kata Fikri Alhabsie, Corporate Responsibility Director, L’Oréal Indonesia.
“Dewan juri telah melakukan proses penilaian yang ketat untuk menilai proposal peserta. Beberapa aspek yang penting adalah metode rumusan penelitian, kebaruan serta manfaat yang bisa dihadirkan. Tahun ini, penelitian pemenang berfokus pada bidang kesehatan, pangan dan industri,” kata Prof. Dr. Endang Sukara, Ketua Dewan Juri L’Oréal-UNESCO For Women in Science 2022.
Keempat perempuan peneliti yang dianugerahkan gelar L’Oréal-UNESCO For Women in Science 2022 National Fellows adalah pertama, Novalia Pishesha, Ph.D., peneliti dari Harvard Medical School, Harvard University. Novalia berusaha untuk mengurangi angka kematian dengan memanfaatkan nanobody atau VHH dari Camelid family. Untuk menguji efikasinya, penelitian medis akan dilakukan.
Kedua, Nurhasni Hasan, Ph.D.,Apt, dosen dan peneliti dari Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin. Nurhasni, melalui penelitiannya, ingin memberikan pilihan baru pengobatan kanker paru-paru. Hal ini ia lakukan dengan mensintesis antikanker berbasis nitric oxide yang dikombinasikan dengan senyawa antikanker dari bahan alam dan menggunakan smart novel system dengan bentuk inhalasi sederhana. Ia berharap penelitiannya dapat meningkatkan efisiensi pengobatan dan mengatasi berbagai kekurangan dari terapi konvensional pengobatan kanker.
Ketiga, Rindia Maharani Putri, Ph.D., peneliti dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung. Rindia memanfaatkan cangkang biosilika dari mikroalga jenis Diatom sebagai drug delivery untuk obat-obatan seperti insulin. Diatom memiliki dinding sel yang dapat memproteksi obat yang dienkapsulasi dalam porinya dan meningkatkan permeasi ke sel. Namun, saat ini penelitian mengenai manfaat dinding sel tersebut masih terbatas.
Keempat, Anastasia Wheni Indrianingsih, Ph.D., peneliti dari Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan, Badan Riset dan Inovasi Nasional. Anastasia merancang adsorben pad agar masa simpan makanan segar dapat lebih panjang. Adsorben pad yang ia buat terbuat dari bahan bioselulosa, nanopartikel perak dan ekstrak bunga telang yang memiliki sifat antibakteri dan antioksidan. Untuk mencapai tujuannya, ia melakukan karakterisasi kimia, fisika, dan aktivitas uji antibakteri pada proses pembuatan adsorben pad.
Leave a reply
