
Menengok Kinerja Holding Perkebunan Nusantara dan Target yang Akan Dicapai

Tangkapan layar Youtube, Direktur Utama PTPN III Mohammad Abdul Ghani/Dok. Iconomics
Perusahaan induk Perkebunan Nusantara (PTPN III) akan menitikberatkan penguatan baik di hulu maupun di hilir untuk minyak sawit (crude palm oil/CPO) dan gula. Dan fokus PTPN III itu pun mendapat dukungan dari Komisi VI DPR sehingga mencatatkan kinerja moncer pada Mei 2021.
“Kinerja sampai Mei tahun ini jauh di atas tahun lalu dan 2019. Dari sisi produktivitas, misalnya, untuk kelapa sawit naik 11% dibanding tahun lalu,” kata Direktur Utama PTPN III Mohammad Abdul Ghani ketika rapat dengan Komisi VI, Senin (21/6).
Sementara itu, kata Abdul Gani, produksi CPO juga meningkat 17% karena perseroan aktif membeli tandan buah segar (TBS) petani. Lalu, untuk komoditas tebu, produksinya juga diyakini naik 20% dibanding tahun lalu yang mencapai 704 ribu ton.
Menurut Abdul Gani, produksi tebu untuk tahun ini ditargetkan mencapai 900 ribu ton di mana sebagian telah digiling. Tentu saja ini tidak terlepas dari dukungan Komisi VI terutama untuk program pemulihan ekonomi nasional (PEN).
“Kami telah menyusun Rencana Jangka Panjang Perseroan (RJPP) 2020-2024, beberapa sudah kami selesaikan seperti restrukturisasi organisasi. Jadi PTPN III sekarang sebagai operating holding, kita mengelola langsung ruang lingkup strategik anak perusahaan dalam kaitan dengan pengadaan barang/jasa terkait penjualan produk,” kata Abdul Gani.
Selanjutnya, kata Abdul Gani, PTPN III juga sudah melakukan restrukturisasi keuangan pada 15 April lalu dengan semua pemberi pinjaman. Restrukturisasi ini membantu perseroan untuk relaksasi dalam penguatan korporasi.
PTPN III, kata Abdul Gani, saat ini juga sedang melakukan transformasi pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) agar proses produksinya lebih efisien sehingga bisa berkompetisi dengan pesaing. Sementara pada Agustus nanti, PTPN III akan masuk pada bisnis hilir terutama komoditas-komoditas pokok seperti minyak makan dan gula.
“Dengan demikian, ketika pemerintah suatu saat membutuhkan stabilisasi harga, kami memiliki instrumen langsung tentang produk kami,” kata Abdul Gani.
Leave a reply
