
Bagaimana Prospek Perdagangan Berjangka Komoditas Tahun Depan?

Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia (Pesero)/ist
Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) atau Jakarta Futures Exchange (JFX) optimistis pada tahun depan Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) akan terus bertumbuh positif. Pada tahun 2020 ini sendiri, industri PBK tetap tumbuh positif meski ekonomi mengalami kontraksi.
“Di tahun depan, JFX akan menambahkan dan memperluas kerja sama dengan bursa-bursa dan pelaku pasar di luar negeri, untuk menstimulus dan mempercepat pencapaian referensi harga”, ujar Stephanus Paulus Lumintang, Direktur Utama JFX dalam keterangan tertulis, Kamis (19/11).
Paulus mengatakan pengembangan dan perbaikan akan dilakukan di semua lini organisasi, terutama di bidang sumber daya manusia (struktur organisasi dan etos kerja). Hal ini dilakukan demi efisiensi dan peningkatan produktivitas, serta menjadikan sumber daya yang siap berkiprah di era globalisasi. Melalui perbaikan yang dilakukan baik secara internal maupun antar-lembaga, diharapkan perubahan ini berdampak positif bagi industri dan perusahaan baik dalam hal industrial positioning maupun dalam hal financial result.
Secara umum, di tengah-tengah dinamika dan tantangan perusahaan yang semakin besar dalam industri PBK, tahun 2021 JFX akan memberikan perhatian ekstra pada upaya peningkatan pendapatan melalui ragam sumber pendapatan potensial, termasuk likuiditas manajemen (pengelolaan likuiditas) dalam berinvestasi serta fokus pada upaya peningkatan kualitas dan kuantitas transaksi di produk kontrak berjangka yang telah ada, termasuk peningkatan kualitas layanan bagi para anggota bursa dan pemangku kepentingan, intensifikasi kegiatan pengawasan industri, serta ekstensifikasi kegiatan sosialisasi perihal PBK bagi masyarakat umum, media dan sivitas akademika.
Fajar Wibhiyadi, Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) juga optimistis perdagangan berjangka komoditi pada tahun depan akan terus tumbuh positif seiring dengan mulai bergeraknya ekonomi pasca covid-19. “Namun demikian, tetap menjadi tugas bersama para pemangku kepentingan untuk selalu melakukan edukasi dan literasi terkait dengan perdagangan berjangka komoditi sebagai salah satu alternatif investasi,” ujar Fajar.
Kinerja perdagangan hingga 16 November 2020, terdapat kenaikan yang signifikan, sebesar 22,46% yaitu 8.252.710,24 Lot dari 6.739.081,55 Lot di tahun 2019 dengan periode yang sama.
Hingga pertengahan November 2020, Volume transaksi untuk kontrak Multilateral telah mencapai 1.450.030 Lot, dari yang ditargetkan sebesar 1.750.000 Lot. Sementara itu, volume transaksi untuk kontrak Bilateral, telah melampaui target yaitu sebesar 6.802.680,24 Lot dari 6.500.000 Lot yang ditargetkan atau sebesar 4,65 %.
“Meskipun hingga pertengahan bulan November ini (16/11) kontrak Multilateral baru mencapai 83 % dari target, namun kami yakin pada akhir tahun akan dapat mencapai target,” ujar Paulus.
Harga komoditi emas yang cukup fluktuatif sepanjang tahun 2020 menjadi pendorong ramainya transaksi Kontrak Berjangka Emas di Bursa Berjangka Jakarta khususnya di masa pandemi ini. Begitupun demand Kopi di pasar lokal yang semakin tinggi dan harga yang membaik dibanding tahun lalu menjadi pemicu pertumbuhan transaksi kopi. Sementara dengan adanya revitalisasi Kontrak Olein 10 juga penyumbang transaksi yang cukup besar di Bursa Berjangka Jakarta.
Kinerja kontrak tersebut tidak lepas dari peran pialang dan pedagang dan dukungan kebijakan dari Bappebti serta para pelaku pasar yang semakin dewasa dalam berinvestasi merupakan andil yang besar yang tidak dapat dipisahkan dalam peningkatan volume transaksi pada tahun 2020.
Fajar mengatakan pencapaian volume transaksi di Bursa Berjangka Jakarta pada tahun 2020 ini tentu merupakan hal yang positif bagi Industri Perdagangan Berjangka Komoditi, ditengah pandemi yang melanda Indonesia sejak awal tahun. “Ini semua merupakan bukti bahwa industri perdagangan berjangka komoditi cukup tahan terhadap kontraksi ekonomi, baik nasional maupun global. Terkait transaksi Multilateral, merupakan pekerjaan rumah bagi semua pemangku kepentingan, untuk kedepan bisa meningkatkan volume transaksi. Hal ini karena khittahnya industri perdagangan berjangka komoditi adalah transaksi multilateral,” ujar Fajar.
Leave a reply
