Harga Batubara Membara, Pendapatan Bumi Resources Naik 32,6% pada Q1-2022

0
539

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mencatatakan kinerja keuangan yang tumbuh signifikan sepanjangan kuartal pertama 2022 (Q1-2022). Pendapatan tumbuh signifikan sejalan dengan kenaikan harga batubara.

Berdasarkan keterangan Perusahaan, sepanjang Q1-2022, BUMI berhasil mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 32,6% menjadi US$1,37 miliar, dari sebelumnya pada periode yang sama tahun lalu sebesar US$1,03 miliar.

Pertumbuhan pendapatan ini sejalan dengan kenaikan harga jual rata-rata batuabara dua anak usaha Perseroaran yaitu Kalitim Prima Coal (KPC) dan Arutimin, meski secara volume penjualan mengalami penurunan.

Sepanjang Q1-2022, BUMI menjual batubara sebanyak 16 juta ton, turun 17% dari 19,3 juta ton pada periode yang sama tahun lalu. Pada saat yang sama, harga batubara meningkat signifikan 59% menjadi US$85,5 per ton, dari sebelumnya pada periode yang sama tahun lalu sebesar US$53,1 per ton.

Beban Pokok Pendapatan meningkat 25,5% menjadi US$1,05 miliar pada Q1-2022 dibandingkan US$838,4 juta pada Q1-2021. Laba Usaha meningkat sebesar 78,5% menjadi US$ 259,7 juta vs US$ 145,5 juta pada Q1-2021.

Baca Juga :   Bumi Resources Sudah Lunasi Pokok dan Bunga Pinjaman Tranche A Sebesar US$365 Juta

Laba Sebelum Pajak meningkat sekitar 122,1% menjadi US$ 190,8 juta vs US$ 85,9 juta pada Q102021. Total Laba Bersih pada Q1-2022 meningkat sebesar 380,5% menjadi US$ 120,6 juta, dibanding dengan Q1-2021 sebesar US$ 25,1 juta.

Laba yang Dapat Diatribusikan kepada pemilik menjadi US$ 43,3 juta dibandingkan dengan rugi sebesar US$ 11,7 juta pada Q1-2021 atau meningkat sebesar US$ 55,0 juta.

Dileep Srivastava, Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan BUMI mengatakan Perseroan selalu memastikan yang terbaik untuk menjaga produksi mendekati normal seiring dengan menurunnya pandemi Covid-19.

Ia menjelaskan hujan deras dan efek La Nina di area pertambangan berimbas pada penurunan produksi Q1-2022 Perseroan sebesar 16% menjadi 16,3 juta ton vs 19,3 juta pada periode yang sama di tahun 2021.

Namun, penurunan produksi ini diimbangi dengan kenaikan harga jual rata-rata sebesar 59%. “Peningkatan ini sejalan dengan pemulihan harga batubara global dan tren bullish saat ini yang dipicu oleh ketidakseimbangan pasokan dan telah membawa harga batubara ke level tertinggi dalam 10 tahun,” ujar Dileep, Rabu (1/6).

Baca Juga :   Tak Bagi Dividen karena Masih Defisit Laba Ditahan, Presdir BUMI: Mudah-mudahan Segera Netral

BUMI juga terus mencicil pembayaran utang-utangnya. Hingga April 2022, BUMI telah melakukan pembayaran sebesar US$ 613,0 juta atas utang pokok dan bunga Tranche A.

“Dengan membaiknya sektor batubara, dan tren kenaikan harga batubara yang masih berlanjut pada kuartal II-2022, Perseroan berharap dapat meningkatkan kinerjanya secara signifikan di tahun 2022, meskipun masih terdapat berbagai macam tantangan baik global maupun domestik yang mempengaruhi pemulihan ekonomi Indonesia,” ujar Dileep.

Tahun ini, BUMI menargetkan produksi batubara sebesar 55 juta ton hingga 57 juta untuk KPC dan 26 juta ton hingga 29 juta ton untuk Arutmin. Harga jual diperkirakan berada di level US$120-150 per ton untuk KPC dan US$80-100 per ton untuk Arutimin.

Sementara beban biaya, untuk KPC diperkirakan US$40-45 per ton dan US$28-34 per ton untuk Arutmin.

 

Leave a reply

Iconomics