
Waspadai Pom-pom Koin di Pasar Kripto

Gabriel Rey, CEO Triv.co.id/ist
Dalam waktu setahun terakhir, Bitcoin memang telah menunjukkan performa luar biasa. Harga saset digital ini meroket dari sekitar US$ 8.000 pada Februari 2020, hingga menyentuh level tertinggi US$58.330,57 pada 21 Februari lalu.
Artinya, kenaikan harga Bitcoin telah mencapai lebih dari 600% hanya dalam tempo setahun. Hal ini pun tak pelak menimbulkan demam Bitcoin dengan banyaknya investor institusional hingga ritel yang turut terjun mengoleksinya. Euforia ini pun pada akhirnya menular ke aset atau koin-koin kripto lainnya. Investor atau pembeli ritel pun kemudian mencoba mengoleksi koin-koin kripto lain di luar Bitcoin atau disebit altcoin.
Namun, tidak semua koin kripto cukup potensial untuk dikoleksi. Hal ini lantaran koin-koin kripto tersebut tidak memiliki kapitalisasi pasar yang cukup memadai untuk meningkatkan harganya. Tentu saja seorang investor ritel yang masih awam sangat sulit untuk membedakan mana saja koin-koin kripto yang potensial.
Dengan semakin banyaknya pengguna baru di dunia cryptocurrency, Gabriel Rey, CEO Triv.co.id, platform jual beli Bitcoin yang resmi terdaftar di BAPPEBTI menyaranakan kepada para inevestor ritel untuk melakukan riset yang cukup terhadap aset kripto yang diminati agar tidak buntung. Karena, Rey mensinyalir mulai terdapat sejumlah kelompok yang mendorong untuk membeli koin kripto tertentu, atau yang biasanya disebut group signal pom-pom.
“Istilah pom-pom itu berasal dari kesamaan bunyi istilah pump-pump, yang tujuannya memompa animo terhadap satu produk. Sayangnya, koin kripto yang direkomendasikan tersebut umumnya memiliki market capitalization kurang memadai atau kecil,” ujar Rey, Selasa (23/2).
Menurut Rey, aktivitas group signal pom-pom sangatlah berbahaya bagi investor ritel. “Karena ketika investor ritel mulai membeli berdasarkan rekomendasi group pom-pom tersebut, para bandar yang telah membeli sebelumnya akan menjual koin-koin kripto dengan market cap kecil ini kepada investor ritel tersebut sehingga harganya turun dan membuat para investor ritel merugi,” terang Rey.
Padahal, berdasarkan data inflow capital yang diamati Rey, investor-investor besar dan institusi berinvestasi hanya pada Bitcoin. “Sehingga kurang lebih 71% modal yang masuk ke pasar kripto ini diinvestasikan ke Bitcoin dan bukan koin-koin kripto dengan market cap kecil,” urai Rey.
Rey lebih lanjut menerangkan dengan kapitalisasi pasar Bitcoin yang semakin besar, tidak ada pihak yang dapat memanipulasi harga Bitcoin dengan mudah. “Dengan demikian jika investor ritel mau aman untuk berinvestasi di dunia kripto, maka berinvestasilah hanya pada Bitcoin dan tidak pada altcoin,” saran Rey.
Leave a reply
