Konsumsi Minyak Sawit Masih Dag Dig Dug

0
617

Situasi saat ini dikhawatirkan akan menekan harga minyak nabati, termasuk minyak sawit. Dalam siaran pers tertulis, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memaparkan situasi politik ekonomi dunia akhir-akhir ini dan harga minyak bumi yang tidak menentu karena ketidaksepakatan antara OPEC dengan Rusia. Pandemik corona juga melanda hampir di seluruh dunia. Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan perlambatan kegiatan ekonomi global dan berdampak pada penurunan konsumsi minyak nabati terutama minyak nabati yang diimpor.

Adapun teror pandemik corona, diperkirakan masih akan berlangsung beberapa bulan ini. GAPKI menyebutkan banyak pakar dunia memperkirakan puncak pandemik  corona akan terjadi pada sekitar bulan Mei-Juni.

GAPKI juga memperhatikan ancaman lainnya. Beberapa bulan lagi akan masuk ke musim kemarau 2020 dan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi momok yang menakutkan. Perusahaan perkebunan harus memperkuat kembali koordinasi dengan instansi terkait dan memeriksa kesiapan sarana dan prasarana pencegahan kebakaran yang dimilki.

Upaya yang telah dilakukan oleh perusahaan kelapa sawit dalam membangun Masyarakat Peduli Api, Desa Peduli Api dan sejenisnya perlu terus dikembangkan dengan melibatkan lebih banyak lembaga masyarakat formal dan non formal. Dengan koordinasi yang baik dan keterlibatan lebih banyak masyarakat diharapkan insiden karhutla tahun 2020 akan dapat ditekan bahkan dihindari.

Baca Juga :   Mendag Pertimbangkan Relaksasi Kebijakan DMO dan DPO untuk Dorong Ekspor CPO

GAPKI menyebutkan harga crude palm oil (CPO) meningkat menjadi rata-rata US$830/ton Cif Rotterdam (Januari) dibandingkan harga rata-rata pada Desember 2019 yaitu US$787/ton. Harga yang baik ini diharapkan akan menjadi penyemangat bagi pekebun dan perusahaan perkebunan untuk memelihara kebun dengan lebih baik agar mendapatkan produktivitas yang tertinggi.

Produksi CPO pada bulan Januari 2020 sedikit mengalami kenaikan menjadi 3,48 juta ton  sedangkan produksi bulan Desember 2019 sebesar 3,45 juta ton. Konsumsi domestik juga sedikit naik dari 1,45 juta ton menjadi 1,47 juta ton (+1,8%). Sementara ekspor turun signifikan yaitu dari 3,72 juta ton menjadi hanya 2,39 juta ton atau turun 35,6%.  Penurunan ekspor terjadi pada CPO, palm kernel oil (PKO), biodiesel, sementara oleokimia naik dengan 22,9%.

Penurunan ekspor terjadi hampir ke semua negara tujuan yaitu ke China turun 381 ribu, ke Uni Eropa turun 188 ribu ton, ke India turun 141 ribu ton, dan ke Amerika Serikat turun 129 ribu ton  sementara ke Bangladesh naik dengan 40 ribu ton.

Baca Juga :   Kabid Komunikasi Gapki Ungkap Sederetan Tantangan Industri Sawit, Salah Satunya Gap Produktivitas

Penurunan ekspor yang cukup drastis dalam bulan Januari kemungkinan karena masih tersedianya stok di negara-negara importir utama atau importir  menunggu respons pasar terhadap program B30 yang diterapkan Indonesia.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics