
Tokopedia, UMKM dan Rencana Go Public

Pendiri sekaligus CEO Tokopedia William Tanuwijaya berbicara soal rencana IPO di Kementerian Koperasi dan UKM/The Iconomics
Tokopedia perusahaan e-commerce besutan William Tanuwijaya telah berdiri satu dekade. Tak ingin meniru Amazon e-commerce asal Amerika Serikat yang berencana masuk ke bisnis retail dengan membuka 3.000 toko tanpa kasir, Tokopedia justru fokus merangkul pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Disebut William, pendiri sekaligus CEO Tokopedia itu, mudah baginya masuk ke bisnis retail, terutama menjual produk apa yang diminati masyarakat. Bahkan karena itu, Tokopedia bisa saja menjadi retailer dunia dan tak perlu menghimpun dana investasi untuk menjalankan hal tersebut.
“Kami memilih jalan lain,” kata William beberapa waktu lalu.
Sebagai e-commerce Indonesia yang berstatus unicorn, Tokopedia berkomitmen memberdayakan UMKM. Buktinya, William bersedia mengangkat dan mengadakan pelatihan bagi pelaku usaha UMKM. Dia menjanjikan hal itu kepada Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki ketika bertemu pada Senin (4/11) kemarin.
Tokopedia disebut William memang didirikan menjadi perusahaan teknologi yang bermanfaat bagi orang lain. Itu dibuktikan dengan jumlah penjual umumnya UMKM yang menjadi mitra Tokopedia telah mencapai 6,6 juta dan 86,5% dari jumlah itu adalah penjual baru.
Jumlah penjual itu disebut mampu berkontribusi 1,5% atau sekitar Rp 222 triliun untuk perekonomian Indonesia. Untuk tahun depan Tokopedia menargetkan mampu berkontribusi untuk perekonomian Indonesia hingga 2%.
William juga menyinggung tentang kemungkinan Tokopedia yang akan mencatatkan penawaran saham perdana ke publik (IPO) di masa mendatang. Rencananya Tokopedia akan mencatatkan sahamnya di dua bursa saham (dual listing) sekaligus di masa mendatang. Satu di Indonesia dan satu lagi di luar negeri.
Untuk mengetahui rencana-rencana dan kehadiran Tokopedia dalam ekonomi digital Indonesia yang disebut mampu mencetak sekitar US$ 40 miliar itu, wartawan The Iconomics Ahmad Faisal berkesempatan mewawancarai William Tanuwijaya di Jakarta, Senin (4/11) kemarin. Berikut wawancaranya:
Bagaimana perkembangan UMKM yang tercatat di Tokopedia saat ini?
Bisnis Tokopedia hampir semuanya adalah UMKM di mana kami memiliki 6,6 juta penjual. Dari jumlah itu sekitar 86,5% adalah pengusaha baru yang secara tidak langsung Tokopedia saat ini telah memberdayakan para UMKM. Tadi kami sudah berdiskusi dengan Pak Teten Masduki (Menteri Koperasi dan UMKM) mengenai bagaimana UMKM bisa naik kelas dan menjadi brand terdepan di Indonesia.
Kita bisa tahu, hampir semua perusahaan-perusahaan besar Indonesia yang melegenda hingga ke luar negeri seperti Indofood, Sampoerna dan Mayora dahulunya merupakan UMKM.
Apa saran Tokopedia kepada Kementerian Koperasi dan UKM?
Kalau UMKM ya masalahnya kompleks sekali, dan salah satu hal yang kita inginkan itu harusnya UMKM itu tidak dikasihani. Tapi, jika melihat program-program selama ini, kebanyakan melihat UMKM perlu bantuan dan dikasihani. Padahal sebenarnya UMKM itu kewirausahaannya tinggi sekali, mereka adalah fighter dan kita bisa bikin hal tersebut meniadi sesuatu yang keren.
Apa saja yang dibahas ketika bertemu dengan Menteri Koperasi dan UKM?
Tadi kita bahas kompleks-lah dari hulu ke hilir seperti masalah perizinan banyak sekali UMKM kita yang membuat produksi-produksi sendiri, tapi ketika mereka mau membuat produk berskala nasional, tentunya mereka harus punya izin.
Kalau izinnya keluar lama, maka lama pula mereka bisa merambah pemasaran hingga ke seluruh Indonesia atau bahkan ekspor ke luar Indonesia. Tadi, kami juga berbicara mengenai masalah kesenjangan impor dan ekspor. Salah satunya soal ekspor barang-barang UMKM kita yang tidak punya pasar yang jelas. Jadi kita harus berfikir bagaimana brand-brand asal Indonesia ini menjadi tuan di negaranya sendiri terlebih dahulu; bisa punya daya saing yang baik. Jadi, ada banyak yang kita diskusikan terutama bagaimana caranya para UMKM bisa naik kelas.
Kita juga mau mengidentifikasi masalah-masalah yang konkret seperti apa dan butuh dukungan apa dari pemerintah. Semisal, dengan menteri keuangan kita harus terintegrasi bayar pajak lebih mudah seperti beli pulsa. Intinya program perizinanlah yang harus benar-benar digodok oleh pemerintah agar para UMKM kita yang sudah punya brand dan packaging bagus tak terkendala di perizinan lagi.
Lalu apa yang bisa dilakukan Tokopedia?
Kalau Tokopedia selama 10 tahun ini memang bisnisnya di sana, bagaimana membantu mulai dari ibu rumah tangga, pekerja kantoran hingga kepada mahasiswa dan mahasiswi yang tidak punya bisnis, tapi punya cita-cita bisa membuka bisnis. Kalau sudah punya bisnis bisa membangun bisnisnya jadi lebih besar lewat akses permodalan melalui Tokopedia.
Dengan demikian, bisnisnya butuh mempekerjakan banyak orang dan yang sudah punya pasar bagaimana caranya brand-nya bisa menjadi brand nasional. Hal tersebutlah yang sudah kami bantu dan edukasi bagaimana mereka bisa mendapatkan harga dan barang yang lebih murah dan ketika dijual ke pelanggan punya daya saing.
Dan kebetulan tanggal 15 Desember 2019 nanti ada sebuah gerakan warung nasional, jadi kita sudah minta arahan dan dukungan dari Pak Menteri.
Selain itu, ada penawaran soal pelatihan (UMKM)?
Pelatihan selalu kami lakukan. Sudah 10 tahun terakhir dari waktu ke waktu selalu ada program – program pelatihan. Untuk skalanya tergantung, secara mindset kita harus mencontoh brand seperti Adidas dan Nike yang bukan lagi menjadi UMKM melainkan telah melakukan produksi besar-besaran.
Jadi UMKM di Indonesia harus ditingkatkan dengan berbagai pelatihan yang tidak hanya cara membuat produksi yang bagus tapi bagaimana kemampuan manajemen juga harus ditingkatkan. Ini yang menjadi kolaborasi kami dengan pemerintah
Bagaimana dengan potensi ekspor saat ini?
Kalau potensi ekspor tadi kita berbicara mengenai tantangannya ya ekspor itu tidak hanya berhenti menjadi program, karena kalau sudah diekspor, namun di sisi harga dan kualitas tidak memiliki daya saing di negara luar. Jadi kita berbicara harus memiliki daya saing terlebih dahulu sehingga kita menjadi tuan di dalam negeri dulu. Maka dengan itu program-program yang harus kita lakukan ya itu program naik kelas, bagaimana kualitas UMKM tidak berhenti di UMKM tapi harus berubah menjadi industri.
Tokopedia ini bukan perdagangan eskpor-impor. Kita harus bedakan antara UMKM dengan ekspor-impor. UMKM Indonesia juga ada yang menjual barang-barang impor, seperti telepon seluler karena industri lokal belum cukup kuat. Makanya, pedagang telepon seluler di Jakarta seperti di Roxy itu termasuk UMKM.
Tentunya kita memiliki prioritas produk UMKM dalam negeri untuk terus ditingkatkan, namun jangan melupakan UMKM yang menjual barang impor juga harus kita tingkatkan. Kalau dari kacamata Tokopedia semua lini memiliki potensi besar, saat ini brand fashion dan kosmetik yang paling dominan, sebenarnya di kuliner pun masih memiliki potensi besar. Karena itu Tokopedia berkomitmen untuk menjadi mitra terbaik dari UMKM di Indonesia, sehingga apa yang mereka butuhkan akan kita fasilitasi seperti pemasaran, permodalan dan selanjutnya infrastruktur.
Kami bukan fokus pada sisi kuantitas, tapi kualitas jadi dengan sekitar 6,6 juta penjual di Indonesia, tahun ini kami mampu berkontribusi sebesar 1,5% untuk perekonomian Indonesia yakni sekitar Rp 222 triliun atau setara US$ 1,6 miliar. Tahun depan target kami dapat berkontribusi mencapai 2%.
Bagaimana dengan rencana IPO Tokopedia?
Rencana IPO masih terus berjalan dengan menguatkan government Tokopedia lalu penunjukan Pak Agus Martowardojo (mantan Gubernur Bank Indonesia jadi Komisaris Utama) di awal tahun ini. Dan kami targetkan tahun depan kami mampu profit, kemudian kami memanfaatkan brand ambassador untuk membawa kami ke panggung dunia.
Kemudian rencana IPO kami lakukan dual listing satu di Indonesia dan satu lagi luar negeri. Namun belum diketahui negara mana yang pasti kami memilih negara yang sangat tertarik kepada Indonesia untuk jangka panjang. Untuk waktunya kami belum tahu yang pasti kita sudah mulai mempersiapkan pada tahun ini.
Leave a reply
