
Ingin Jadi Global Key Player, Menko Airlangga Tekankan Hilirisasi Komoditas Mineral

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto/Dok. Ekon
Pemerintah menginginkan Indonesia menjadi global key player industri hilirisasi berbasis komoditas. Pemerintah mendorong optimalisasi teknologi untuk meningkatkan hilirisasi di Indonesia.
“Pemerintah mendorong pemanfaatan teknologi untuk hilirisasi komoditas berbasis mineral dan logam seperti bauksit, timah, tembaga dan nikel. Proyeksi nilai investasi dalam peta jalan hilirisasi Indonesia mencapai US$545,3 miliar,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam keterangannya yang disampaikan saat keynote speech secara virtual acara Indonesia Mining Summit “Integrated Mining and Value Added Investment”.
Salah satu kebijakan yang telah ditempuh Pemerintah terkait hilirisasi yakni larangan ekspor bijih nikel pada tahun 2020. Pemerintah menyebut kebijakan tersebut telah mampu meningkatkan ekspor komoditas hilirisasi nikel hingga mencapai US$14,53 miliar pada tahun 2022. Dengan capaian tersebut, total neraca perdagangan produk hulu, antara, dan hilir komoditas nikel tahun 2022 juga mengalami surplus mencapai US$13,76 miliar.
Menko Airlangga juga menerangkan bahwa kebijakan hilirisasi nikel tersebut juga berhasil menumbuhkan ekosistem industri stainless steel dengan peningkatan potensi nilai tambah dari bijih nikel menjadi feronikel dan billet stainless steel menjadi 14 hingga 19 kali lebih tinggi.
Hasil hilirisasi nikel tersebut juga menjadi raw material dalam produksi baterai electric vehicle (EV) dengan nilai tambah dalam negeri mencapai 470 hingga 780 kali. Hingga saat ini, terdapat beberapa investasi seperti konsorsium Indonesia Battery Company bersama Hyundai dan LG dengan total investasi sekitar US$9,8 miliar yang mencakup produksi baterai listrik dari hulu hingga hilir.
Kondisi surplus tersebut tidak hanya menyasar komoditas nikel saja melainkan juga sejumlah komoditas lainnya. Pada tahun 2022, neraca perdagangan komoditas bauksit mengalami surplus mencapai US$622 juta dan komoditas alumina juga memiliki surplus hingga US$600 juta.
“Indonesia terus berpeluang untuk menjaga rantai pasok critical minerals dan tadi saya sampaikan di forum G20, EU, maupun Indo-Pasific Economic Forum, Indonesia memastikan bahwa kita menjadi salah satu yang terdepan di perdagangan dunia. Critical minerals sangat dibutuhkan dan menjadi kunci transisi menuju energi hijau atau energi baru terbarukan, oleh karena itu Indonesia telah menetapkan beberapa komoditas yang tergolong dalam critical minerals,” kata Menko Airlangga.
Pemerintah juga berupaya melakukan optimalisasi dengan mendorong pembangunan smelter untuk mengolah mineral mentah dengan memberikan berbagai insentif seperti tax holiday, tax allowance, impor barang modal serta dukungan infrastruktur dan fasilitas kemudahan lainnya.
Leave a reply
