Presiden Jokowi Menyoroti Kesenjangan Vaksin Negara Maju dengan Negara Berkembang

Presiden Joko Widodo menyoroti kesenjangan vaksin yang diterima negara kaya dengan negara berkembang. Ia mendorong pemerataan vaksin di negara maju dan berkembang karena keadaan akan benar-benar pulih saat semua negara juga pulih.

“Di saat beberapa negara telah mulai memvaksinasi kelompok berisiko rendah, yaitu anak-anak dan usia belia, hanya 0,3% suplai vaksin untuk negara berpenghasilan rendah. Kesenjangan itu sangat nyata ketika 83% dosis vaksin global sudah diterima negara kaya, sementara negara berkembang hanya terima 17% untuk 47% populasi dunia,” kata Presiden Jokowi dalam pidato Global Health Summit 2021.

Ia mengatakan saat ini tantangan akses vaksin yang adil dan merata bagi semua masih sangat besar, seperti masalah suplai, pendanaan, dan keengganan terhadap vaksin. Oleh karena itu, ia mengajak kepada semua yang hadir harus melakukan langkah-langkah nyata, yaitu dalam jangka pendek harus mendorong lebih kuat lagi doses-sharing melalui skema COVAX Facility.

“Ini merupakan bentuk solidaritas yang harus didorong dan dilipatgandakan, khususnya dalam mengatasi masalah rintangan suplai,” kata Presiden.

Adapun dalam jangka menengah dan panjang, Presiden Jokowi mengatakan bahwa harus melipatgandakan produksi vaksin untuk memenuhi kebutuhan global dan membangun ketahanan kesehatan.

Presiden juga mendorong agar negara anggota G20 harus memberikan dukungan bagi peningkatan produksi dan kesetaraan akses vaksin bagi semua negara. Indonesia mendukung adanya usulan TRIPS Waiver bagi pencegahan dan pengobatan COVID-19, termasuk untuk vaksin. Indonesia telah memutuskan untuk menjadi salah satu negara co-sponsor proposalTRIPS Waiver tersebut.