
Sejak Bertransformasi, Holding PTPN Telah Kumpulkan Laba Rp 11,7 T tapi Turun di 2023

Tangkapan layar Direktur Utama PTPN III Mohammad Abdul Ghani/Iconomics
Sejak menjalani transformasi di 2021 hingga saat ini, holding Perkebunan Nusantara PT Perkebunan Nusantara III (Persero) atau PTPN telah mampu mengumpulkan laba sebesar Rp 11,7 triliun. Padahal sebelum bertransformasi, PTPN sempat merugi sebesar Rp 5,4 triliun pada periode 2014-2020.
Direktur Utama PTPN III Mohammad Abdul Ghani mengatakan, sejak transformasi itu, jumlah laba yang diperoleh PTPN mencapai Rp 4,66 triliun pada 2021, Rp 6,02 triliun pada 2022, dan Rp 1,02 triliun pada 2023. “PTPN selama 3 tahun sudah mengumpulkan laba Rp 11,7 triliun,” kata Ghani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (25/6).
Selain mencetak laba, kata Ghani, pada dalam masa transformasi PTPN pun membayar kewajiban utang kepada beberapa pihak. Selama 3 tahun itu, PTPN telah membayarkan kewajiban utang kepada perbankan senilai Rp 11,3 triliun, utang pembayaran santunan hari tua Rp 3,7 triliun, dan utang pembayaran iuran pensiun sebesar Rp 3 triliun.
Seluruh proses pembayaran utang PTPN, kata Ghani, dapat diselesaikan pada 2025. Di samping itu, kinerja PTPN dinilai akan meningkat pada periode 2026 dengan catatan, seluruh proses pembayaran utang dapat diselesaikan sesuai dengan target.
“Jadi mungkin tahun 2026 PTPN pasti akan meloncat baik dari sisi laba maupun cashflow-nya. Jadi insya Allah tahun depan kita sudah selesai urusan dengan karyawan, kemudian urusan tentang pensiun dan sebagainya,” kata Ghani.
Terkait tranformasi itu, kata Ghani, berkat pencapaian positif, posisi kinerja PTPN sudah sejajar dengan perusahaan Astra Agro Lestari, Salim Ivomas Pratama, dan Sampoerna Agro. “Mungkin isu yang masih mengganjal di PTPN adalah leverage cost masih tinggi, karena memang standar gaji PTPN lebih tinggi daripada swasta. Yang kedua debt to ebitda kami masih tinggi, karena utang masa lalu yang masih tinggi,” tambah Ghani.
Dari sisi kinerja tahun buku 2023, kata Ghani, laba PTPN menurun sekitar Rp 2,5 triliun karena harga crude palm oil (CPO) turun dari Rp 12.500 per kilogram (kg) menjadi Rp 11.100 per kg pada 2023. Sementara untuk proyeksi 2024, PTPN memprediksi peningkatan dari sisi pendapatan, gross profit, dan net income.
Seluruh proyeksi tersebut, kata Ghani, akan didorong dari program-program yang dijalankan perusahaan. “Program kami 5 tahun ke depan adalah memperluas tanaman kelapa sawit, mengurangi tanaman karet, dan merehabilitasi tanaman teh dan kopi di Pulau Jawa. Karena teh di Pulau Jawa itu sudah 25 tahun tidak bangkit. Kami perbaiki dengan cara menambah populasinya, kemudian dikelola dengan kultur teknis yang baik,” katanya.
1 comment
Leave a reply

PTPN III Holding luas areal 1.181.751,03 Ha dgn laba Thn 2023 hanya Rp 1,02 Triliun sedangkan PT. Astra yg hanya luas areal 285.387 Ha di tahun yg sama di 2023 bisa meraih laba Rp 1,1 Triliun. Secara sederhana luas areal PTPN III Holding adlh 4 X lebih luas dari PT. Astra, kenapa tdk bisa PTPN III Holding meraih laba 4 X lebih besar dr PT. Astra.
Bukankah ini tergambar bhw manajemen operasional PTPN III Holding sangat buruk, apapun alasannya hal ini adlh gambaran nyata kegagalan PTPN III Holding.
Sepertinya APH (Aparat Penegak Hukum) harus memeriksa kegagalan ini, diduga kemungkinan adanya fraud di dlm operasi PTPN III Holding.