Strategi Prodia agar Tetap Tumbuh Pasca Pandemi Covid-19

0
341

Bisnis sektor kesehatan seperti ketibaan durian runtuh pada masa pandemi Covid-19. Namun, seiring dengan berlalunya pandemi yang terjadi sejak tahun 2020 itu, laporan keuangan perusahaan-perusahaan sektor kesehatan pun kembali normal.

Kinerja keuangan PT Prodia Widyahusada Tbk misalnya. Tahun 2022 lalu, emiten laboratorium klinik ini membukukan pendapatan sebesar Rp 2,18 triliun, turun 17,7% bila dibandingkan tahun 2021. Laba bersih juga turun dari Rp623,23 miliar pada tahun 2021 menjadi Rp371,64 miliar pada tahun 2022. Meski laba bersih turun 40,3%, perusahaan yang sudah berusia 50 tahun ini, tetap membagikan dividen dengan dividend payout ratio yang besar yaitu 60%.

Dewi Muliaty, Direktur Utama Prodia menjelaskan kekerapan orang melakukan pemeriksaan kesehatan selama masa pandemi memang lebih tinggi. Itulah sebabnyak pada tahun 2021 kinerja keuangan Prodia naik signifikan. Tes kesehatan yang dilakukan tersebut tidak hanya terkait Covid-19, tetapi juga tes-tes yang berhubungan dengan imunitas.

“Di tahun 2022 ini memang frekuensinya menjadi berubah, yang tadinya di 2020 dan 2021 itu sering sekali, di tahun 2022 itu mulai (berkurang), ada yag dua kali. Kami melihat kemungkinan di new normal ini perilaku cek kesehatannya akan kembali seperti sebelum pandemi. Kalau dia tidak berpenyakit dia biasanya maksimum setahun dua kali. Tetapi kalau dia cek kesehatanya karena penyakit, misalnya diabetes, bisa setahun tiga kali atau empat kali setahun,” ujar Dewi dalam acara paparan publik, Kamis (13/4).

Baca Juga :   Pendapatan di Kuartal III-2024 Terkoreksi, Prodia Optimistis Bisa Genjot Pendapatan Kuartal IV

Dewi menambahkan tahun 2021 memang merupakan tahun yang spesial. Selain pandemi berada pada puncaknya, juga program vaksinasi dimulai.

“Tahun 2022 itu seperti normalisasi. Jadi, kondisi ini menyebabkan pertumbuhan itu seolah-olah menurun, tetapi sebenarnya karena tahun 2021 itu sangat spesial. Jadi, kami melihat bahwa 2022 ini sangat besar kemungkinannya adalah sebagai pijakan baru untuk pertumbuhan berikutnya,” ujarnya.

Namun, menurutnya kondisi saat ini memang masih diselimuti ketidakpastian. Masih terdapat banyak dinamika baik di sisi kesehatan masyarakat maupun kondisi ekonomi global.

“Jadi, kami berjaga-jaga dan mengantisipasi kondisi ini supaya tentunya kami enggak boleh jatuh (ke kondisi) seperti tahun 2019. Kita harus tetap bertumbuh. Namun, pertumbuhannya sangat terkait dengan situasi-situasi yang akan dihadapi,” ujarnya.

Untuk menjaga agar Prodia tetap tumbuh ke depannya, beberapa strategi yang dilakukan antara lain menjaga tingkat kunjungan ke Prodia, baik pasien-pasien lama yang sudah loyal maupun pasien-pasien baru. Untuk itu, edukasi tentang kesehatan akan terus dilakukan.

Upaya lainnya adalah kerjasama dengan rumahsakit termasuk juga fakultas kedokteran terus dilakukan dan riset-riset terus dilakukan untuk menghasilkan tes baru dan kolaborasi dengan banyak sektor kesehatan. Dewi mengatakan Prodia sudah bekerjasama dengan banyak rumahsakit dan fakultas kedokteran di Indonesia. Tahun 2022 lalu misalnya Prodia menjalin kerjasama dengan Alia Hospital (sebelumnya bernama RS Bunda Aliyah) dan IHH Healthcare Malaysia. Prodia juga sudah menjalin kerjasama dengan Dr. Cipto Mangunkusomo (RSCM).

Baca Juga :   Prodia Bagikan Dividen Tunai 50% dari Laba Bersih Tahun 2019

Prodia juga terus memperkuat digitalisasi. Saat ini, perseroan telah memiliki tiga aplikasi digital yaitu Prodia Mobile, Prodia Mobile for Doctor dan U by Prodia. Ketiga layanan digital ini secara bertahap akan diintegrasikan menjadi satu aplikasi. Digitalisasi dibutuhkan selain untuk meningkatkan aksesibilitas, juga meretensi pelanggan-pelanggan yang sudah ada dan mengakusisi pelanggan yang baru.

“Dengan digital platform yang kita buat, kita ingin membuat akses baru. Jadi, customer yang tercipta dari digital channel ini sekitar 30an persen. Ini harus dirawat. (Platform digital) ini akan terus menambahkan jumlah customer dan akan menambahkan jumlah kujungan,” ujar Dewi.

Ia mengatakan strategi multisaluran atau omnichannel dalam menggaet pelanggan, baik Business to Consumer (B2C) maupun Business to Business (B2B), diharapkan akan meningkatkan kunjungan pelanggan ke layanan lab Prodia dan pada akhirnya meningkatkan kinerja keuangan emiten yang melantai di Bursa Efek Indoenesia pada tahun 2016 ini.

Leave a reply

Iconomics