
15 Tahun Bursa Komoditi & Derivatif Indonesia atau ICDX, Apa Saja Rencana ke Depan?

Pemotongan tumpeng merayakan Hari Ulang Tahun ICDX ke-15. ICDX berdiri pada 26 Juni 2009 dan Indonesia Clearing House (ICH) berdiri pada 3 Juli 2009/Foto: Dok.ICDX
Indonesia memiliki banyak komoditas unggulan. Tetapi, referensi harga justru ke luar negeri.
“Dulu itu, orang bilang Indonesia banyak timah, kemudian Singapura punya devisa, kemudian Malaysia punya nama. Artinya apa? Bahwa produk kita itu diekspor ke luar negeri dan kita enggak punya apa-apa,” cerita Nursalam, Direktur Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) atau Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) kepada wartawan di Jakarta, Selasa (2/7).
Berangkat dari keprihatinan itu, pada 26 Juni 2009 Bursa ICDX berdiri, disusul pada 3 Juli 2009 Lembaga Kliring Penjaminan dan Penyelesaian Transaksi yaitu Indonesia Clearing House (ICH) juga berdiri. Keduanya hadir dengan mengusung semangat “trade at the source”.
“Bahasa kita adalah, bagaimana mengembalikan lagi, bahwa semua komoditas ditransaksikan di dalam bursa Indonesia,” ujar Nursalam.
Dibandingkan negeri jiran Malaysia, Indonesia memang ketinggalan. Malaysia sudah memiliki bursa timah sejak 1979 yaitu Perusahaan Sadur Timah Malaysia (Perstima) Bhd. Sementara di Indonesia perdagangan fisik timah melalui bursa baru dimulai pada Agustus 2013.
Hal yang sama juga terjadi pada komoditas minyak sawait mentah atau Crude Palam Oil (CPO). Malaysia mulai melakukan transaksi CPO di Bursa Malaysia Derivatives Berhad (BMD) sejak Oktober 1980. Sementara di Indonesia, baru mulai Oktober 2023.
Nursalam yang ikut membidani kelahiran ICDX mengatakan, ketika timah mulai diperdagangkan melalui bursa di dalam negeri, “referensi harga timah sudah pelan-pelan mengacu ke Indonesia.”
“Jadi orang tidak selalu melihat ke LME [London Metal Exchange], tetapi juga sudah melihat berapa harga di Indonesia,” ujarnya.
Potensi kebocaran pendapatan negara dari komoditas timah juga bisa diminimalisir dengan adanya bursa.
“Ketika timah itu ditransaksikan di bursa Indonesia maka dari sisi pendapatan negara akan lebih optimium,” ujarnya.
Alasannya, jelas Nursalam, Direktorat Jenderal Pajak jauh lebih mudah menghitung transaksi timah di dalam negeri, karena datanya tersedia secara transparan dan real time di bursa.
“Ketika kita bicara data real time, maka dari sisi perpajakan, cara menghitung pajaknya lebih gampang karena semua sudah transparan di bursa. Pihaknya siapa, volumenya berapa, harganya berapa, semua ada di bursa. Nilainya berapa semuanya ada. Sehingga pajak menghitungnya lebih gampang. Otomatis pendapatan pajak lebih optimum,” ujarnya.
Tak hanya pendapatan negara, devisa dari ekspor timah juga kembali 100% ke dalam negeri, karena pembayaran harus melalui lembaga kliring yang ada di dalam negeri.
“Dulu sebelum ada bursa, DHE itu tidak 100% selalu balik ke Indonesia. Bisa saja orang ekspor nilainya US$1 juta, kembali ke Indonesia tidak US$1 juta. Sebagian nyangkut di luar negeri,” ujar Nursalam.
Harga timah juga menjadi lebih stabil dan transparan ketika diperdagangkan di bursa. Sementara sebelum ada bursa, menurut Nursalam, harga timah bergejolak seperti roller coaster.
Hal yang juga tak kalah penting adalah, sebelum ada bursa timah, pembeli di luar negeri membeli timah Indonesia di secondary market, terutama Singapura. Nursalam mengatakan, sebelum ada bursa timah di dalam negeri, ekspor timah ke Singapura mencapai lebih dari 80% dari total ekspor timah. Setelah ada bursa timah, ekspor ke negeri jiran itu kurang dari 20%.
“Sekarang pembeli atau user datang ke bursa langsung. Sehingga transaksi di Singapura turun, yang naik adalah di masing-masing negara tujuan,” ujarnya.
Nursalam berharap, kesukesan yang terjadi pada bursa timah ini juga terjadi pada bursa CPO yang sudah mulai pada 2023 lalu. Ia juga berharap, komoditas unggulan lainnya di Indonesia seperti kopi, teh dan lainnya juga bisa diperdagangkan melalui bursa.
Namun, ia mengaku memang ada tantangannya. Dari sisi pelaku industri, mesti ada keikhlasan untuk transparan.
“Karena ketika produk itu masuk ke bursa, semua harus transparan. Semua dituntut keikhlasannya untuk transparan. Karena kalau tidak mau transparan, ini akan sulit,” ujarnya.
Literasi juga menjadi soal di Indonesia. Masyarakat Indonesia belum begitu familiar dengan bursa komoditas.
Sementara dari sisi pemerintah, harus bisa menghilangkan ego sektoral. Nursalam mengatakan, pengaturan suatu komoditas biasanya melibatkan beberapa kementerian, seperti Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Keuangan. “Lembaga-lembaga ini harus kompak untuk menuju suatu tujuan yang sama,” ujarnya.
Apa Rencana ICDX Setelah 15 Tahun Beroperasi?
Merayakan ulang tahunnya yang ke-15, ICDX Group mengambil tema sentral tentang keberlanjutan atau sustainability. Sejak mulai beroperasi, ICDX Group telah menghadirkan ekosistem Perdagangan Berjangka dan Komoditi (PBK) terdiri atas Bursa ICDX, Lembaga Kliring Penjaminan dan Penyelesaian Transaksi di Indonesia Clearing House (ICH) dan disusul pada tahun 2016 dengan menghadirkan ICDX Logistik Berikat (ILB).
Fajar Wibhiyadi, Direktur Utama ICDX mengatakan perjalanan 15 tahun bagi ICDX Group tentunya menjadi pengalaman sekaligus modal untuk terus berkontribusi kepada masyarakat.
“Beberapa langkah strategis akan kami jalankan ke depan dalam kerangka sustainable action, yang mencerminkan semangat keberlanjutan ICDX Group. Langkah-langkah tersebut meliputi building a better industry, a better community, a better world. Harapan kami, dengan adanya upaya berkelanjutan ini, ICDX Group dapat memberikan kontribusi positif bagi industri perdagangan berjangka komoditi, masyarakat, serta lebih luas lagi yaitu berkontribusi kepada dunia,” ujar Fajar yang baru ditunjuk menjadi Direktur Utama.
Dalam hal “better industry” yaitu membangun dan mengembangkan industri perdagangan berjangka komoditi, berbagai langkah telah dan akan dijalankan ICDX Group ke depan. Berbagai upaya tersebut adalah memaksimalkan penyerapan produk derivatif sebagai sarana lindung nilai, spekulasi dan inklusi keuangan, pemanfaatan komoditi syariah sebagai pondasi peningkatan industri syariah indonesia untuk perbankan syariah, serta melakukan inovasi sistem transaksi komoditas dengan melakukan personalisasi pasar dan alur yang efisien.
Sebagai bagian dari ekosistem perdagangan berjangka komoditi, upaya untuk “better community” yang telah dan akan dijalankan ICDX Group adalah program-program yang memiliki dampak langsung kepada masyarakat. Beberapa program Corporate Social Responsibility akan dijalankan, sebagai bentuk tanggung jawab sosial ICDX Group kepada masyarakat. Selain itu, melalui ICDX Academy, ICDX Group juga akan terus melakukan peningkatan literasi tentang industri Perdagangan Berjangka Komoditi kepada masyarakat agar terinformasi dengan baik dan benar.
Selanjutnya terkait “better world”, ICDX Group telah mengimplementasikan Go Carbon Neutral sejak 2022 dengan menanam 1 juta pohon mangrove. Baru-baru ini, ICDX Group juga meluncurkan Carbon Calculator sebagai platform perhitungan emisi untuk pemangku kepentingan industri. Selain itu, semangat untuk mencapai “green metal” melalui Clean Metal Initiatives, juga disampaikan untuk mencapai tujuan dekarbonisasi industri dan mempromosikan produk bebas karbon sebagai langkah menuju masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Sebagai catatan, dalam 3 tahun terakhir ICDX Group menunjukkan pertumbuhan positif dalam volume transaksi. Di tahun 2021, total volume transaksi di ICDX Group mencapai 9.890.507 lot dengan komposisi 1.264.028 lot transaksi multilateral dan 8.626.479 lot transaksi Sistem Perdagangan Alternatif.
Untuk tahun 2022, total volume transaksi mencapai 10.162.658 lot dengan komposisi 1.877.512 lot transaksi multilateral dan 8.258.146 lot transaksi Sistem Perdagangan Alternatif.
Tahun 2023, total volume transaksi mencapai 12.429.818 lot dengan komposisi 3.145.592 lot transaksi multilateral dan 9.284.226 lot transaksi Sistem Perdagangan Alternatif.
Sedangkan di tahun 2024, ICDX Group memproyeksikan total volume transaksi mencapai 14.298. lot dengan komposisi 3.798.169 lot transaksi multilateral dan 10.500.000 lot transaksi Sistem Perdagangan Alternatif.
Leave a reply
