
Pembangunan Stasiun Pengisian Hidrogen di Senayan, Jakarta Capai 98%

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo/Dok. PLN
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN melalui subholding PLN Indonesia Power akan mengoperasikan Stasiun Pengisian Hidrogen atau Hydrogen Refueling Station (HRS) pertama di Indonesia yang ada di Senayan, Jakarta.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, progres pembangunan HRS telah mencapai 98% dan ditargetkan rampung pada Februari 2024. PLN bersama pemerintah terus mengambil langkah-langkah strategis dalam transisi energi.
Untuk mewujudkannya, kata Darmawan, dilakukan dengan memanfaatkan hidrogen hijau sebagai energi alternatif ramah lingkungan pengganti bahan bakar minyak (BBM). Langkah agresif ini melanjutkan pemanfaatan hasil produksi hidrogen hijau dari 21 green hydrogen plant yang telah dioperasikan perseroan sejak November 2023.
“Ini menjadi bukti, we walk the talk bahwa komitmen ini kami wujudkan dalam bentuk nyata. Tidak hanya infrastruktur pengisian daya kendaraan listrik, kami juga siap menghadirkan Hydrogen Refueling Station pertama di Indonesia sebagai opsi energi yang ramah lingkungan bagi kendaraan,” kata Darmawan dalam keterangan resminya pada Rabu (17/1).
Dengan demikian, kata Darmawan, HRS akan melayani segala jenis kendaraan berbasis hidrogen dari kendaraan pribadi, umum, hingga kendaraan berat. Pada tahap pertama, HRS Senayan dilengkapi dengan HRS 150 bar (satuan tekanan), dan secara perlahan akan dinaikan hingga 700 bar.
Kemudian, lanjut Darmawan, PLN sedang membuat inovasi kendaraan listrik berbasis hidrogen yang akan dipamerkan bersamaan dengan peresmian HRS Senayan. Kendaraan milik subholding PLN Nusantara Power itu memiliki tekanan hingga 150 bar.
“Pengembangan rantai pasok hidrogen hijau ini sekaligus memperkuat ketahanan energi nasional. Artinya, kita beralih dari BBM yang mayoritas berbasis pada impor ke green hydrogen yang diproduksi domestik di dalam negeri,” ujar Darmawan.
Di lokasi yang sama, kata Darmawan, PLN juga akan membangun charger electric vehicle berbasis hidrogen yang berfungsi seperti Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). Juga akan dibangun hydrogen center dan hydrogen gallery room untuk pusat pelatihan dan pendidikan yang berkaitan dengan teknologi hidrogen di Indonesia.
Untuk saat ini, kata Darmawan, PLN bisa memproduksi 199 tin green hydrogen. Dari total produksi tersebut, PLN hanya memakai 75 ton untuk kebutuhan operasional pembangkit. Sedangkan 124 ton sisanya, digunakan untuk kebutuhan lain.
“Dalam perjalanan panjang transisi energi ini, PLN tidak bisa berjalan sendirian, satu-satunya cara untuk tetap maju adalah dengan kolaborasi. Karena apapun tantangannya, kita harus berjuang agar bumi jadi tempat yang lebih baik bagi generasi mendatang,” tuturnya.
Leave a reply
