
BEI Larang Short Selling untuk Antisipasi Dampak Virus Corona

Dirut BEI Inarno Djajadi dalam press conference jelang penutupan perdagangan BEI 2019 di BEI, Senin (30/12/2019)/The Iconomics
Adapun penurunan tertinggi dialami Thailand dan diikuti Indonesia, Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Singapura, dengan penurunan sebesar masing-masing minus 15,03%, minus 13,44%, minus 13,15%, minus 8,2%, minus 6,68%, dan minus 6,57%.
Penurunan pada minggu terakhir Februari 2020 (21 Februari sampai 28 Februari 2020) merupakan penyumbang terbesar penurunan indeks pada bursa utama dunia maupun bursa-bursa di ASEAN.
Dengan penurunan tertinggi dialami oleh Filipina dan diikuti oleh Indonesia, Vietnam, Singapura dan Malaysia dengan penurunan mingguan sebesar minus 7,9%, minus 7,3%, minus 5,45%, minus 5,34%, dan minus 3,17%.
“Hal ini menyusul antisipasi investor terhadap dampak virus Corona yang diperkirakan semakin meluas mengingat semakin banyaknya jumlah negara yang terdampak serta dampaknya terhadap aktivitas ekonomi dan perdagangan global,” ujar Inarno.
Inarno menuturkan bursa telah berkoordinasi dengan OJK dan pemerintah untuk merumuskan inisiatif dan insentif yang akan diberikan dalam rangka mengantisipasi dampak virus Corona baru atau COVID-19 terhadap aktivitas di pasar modal Indonesia. Salah satu insiatif dalam rangka menjaga keberlangsungan pasar agar tetap kondusif serta menjaga terlaksananya perdagangan efek di bursa yang teratur, wajar dan efisien, BEI tidak menerbitkan daftar efek yang dapat ditransaksikan secara short selling sampai dengan batas waktu yang akan ditetapkan kemudian.
Halaman BerikutnyaLeave a reply
