
Berpeluang, Aset Bank Syariah Mampu Tumbuh 2 Digit di Masa Pandemi

Tangkapan layar Youtube, Dirut Bank Syariah Indonesia Here Gunardi
Iconomics - Pandemi Covid-19 benar-benar berdampak serius terhadap semua sektor kehidupan terutama perekonomian. Itu sebabnya, pertumbuhan Indonesia masih mengalami kontraksi pada Kuartal IV/2020 sebesar -2,19% walau angka ini disebut mengalami perbaikan.
Meski demikian, menurut Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk Hery Gunardi, pada masa wabah Covid-19 ini justru perbankan syariah berpeluang untuk tumbuh. Soalnya perbankan syariah dinilai memiliki daya tahan yang lebih kuat dalam menghadapi krisis.
“Buktinya aset (bank syariah) masih tumbuh 2 digit yakni 13,36% secara tahunan, kredit tumbuh 9,16% dan dana pihak ketiga (DPK) naik 13,52%,” kata Hery dalam paparannya di diskusi virtual, Rabu (10/2).
Angka tersebut, kata Hery, berbeda jauh dengan apa dialami perbankan konvensional. Dari sisi pertumbuhan kredit, misalnya, perbankan konvensional tumbuh -2,02% pada November 2020. Ini terjadi karena perbankan konvensional melaksanakan kebijakan retrukturisasi yang mencapai Rp 971 triliun untuk 7,6 juta debitur.
Pemerintah, kata Hery, betul-betul berkomitmen untuk menumbuhkan perbankan syariah, apalagi tetap mampu tumbuh di masa pandemi Covid-19. Bank syariah diharapkan bisa tumbuh dan besar, terlebih penggabungan bank syariah milik negara bertujuan untuk menjadi terbesar, berdaya saing global yang pada akhirnya memberi layanan optimal kepada masyarakat.
“Bank Syariah Indonesia diresmikan secara langsung oleh Presiden Joko Widodo pada 1 Februari lalu. Dan berpesan agar kami menjadi bank syariah yang universal, inklusif, terbuka da menyambut siapa pun yang ingin menjadi nasabah. Harapannya lainnya bisa masuk pasar regional dan global,” kata Hery.