Ekonom Bank Mandiri: Tantangan Perbankan Masih soal Restukturisasi Kredit Nasabah

0
506
Reporter: Yehezkiel Sitinjak

Bank Mandiri

Potensi restrukturisasi kredit nasabah perbankan dinilai masih cukup besar. Terlebih, data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Juni 2020, potensi restrukturisasi kredit dari total nilai outstanding loans masih cukup besar.

Karena itu, kata Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro, tantangan sektor perbankan ke depan masih berkaitan dengan besaran jumlah kredit yang direstrukturisasi.

Outstanding loans yang direstrukturisasi, kalau kita lihat di UMKM saja dari (potensi) Rp 553,9 triliun, yang terealisasi baru Rp 298,9 triliun. Dari yang non-UMKM, segmen yang lebih besar lagi misalnya korporasi itu dari Rp 798,6 triliun yang terealisasi baru Rp 357 triliun,” kata Andry dalam webinar yang digelar Iconomics beberapa waktu lalu.

Di samping itu, kata Andry, langkah Bank Indonesia (BI) yang memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps ke 4% akan membantu mendorong perbankan dengan likuiditas yang relatif besar untuk turut serta menurunkan suku bunganya. Kebijakan tersebut akan diikuti dengan pemangkasan suku bunga funding.

“Suku bunga funding-nya diturunkan, juga kemungkinan akan direspons pada suku bunga lending-nya. Nah ini yang akan menjadi stimulus juga kepada sektor riil di Indonesia,” kata Andry.

Baca Juga :   Vaksin Sinovac dan Pfizer Masuk Radar Kemenkes untuk Diberikan ke Penduduk di Bawah 18 Tahun

Selanjutnya, kata Andry, sektor perbankan harus menyiapkan strategi dalam menghadapi era new normal dan ketika dunia usaha mulai mengalami pemulihan kembali (recovery). Untuk ini ada 4 strategi umum yang akan diterapkan perbankan di Indonesia menghadapi kondisi new normal itu.

Pertama, restrukturisasi kredit secara berhati-hati dan bertujuan menjaga kualitas aset perbankan. Kemudian, menjalankan strategi pertumbuhan kredit secara selektif dan pada sektor-sektor yang memiliki daya tumbuh yang cepat seperti sektor farmasi, telekomunikasi, dan fast moving consumer goods (FMCG).

“Memang bank tetap harus menjadi agent of development. Artinya di tengah situasi sulit saat ini kita tetap memikirkan bagaimana sektor riil tetap berjalan. Kita memang tetap mengutamakan pkehati-hatian kepada sektor-sektor yang tumbuhnya bisa cepat di kondisi saat ini dengan tujuan untuk mendorong pertumbuhan kredit dan otomatis profit,” kata Andry.

Kemudian, sektor perbankan juga harus meningkatkan produktivitas dan efisiensi untuk mengoptimalkan pertumbuhan kredit dan pendapatan. Apalagi pada situasi saat ini yang penuh dengan tantangan bisnis.

Strategi terakhir,kata Andry, memanfaatkan teknologi digital dalam bisnis perbankan. Mengadopsi teknologi digital di sektor perbankan telah berjalan lebih cepat dalam situasi pandemi dibandingkan perkiraan masyarakat global sebelumnya. Dan ke depan perbankan di Indonesia akan siap mengoptimalkan teknologi tersebut untuk mendorong bisnisnya.

Leave a reply

Iconomics