
Harga Jual Turun, Pendapatan Adaro Energy Turun di Semester I-2023

Pertambangan batubara Adaro/Dok. AE
PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) mencatat penurunan pendapatan dan laba inti pada semester I tahun 2023. Meski volume penjualan naik, tapi pendapatan turun karena dampak dari penurunan harga jual rata-rata.
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer, Garibaldi Thohir mengatakan paruh pertama tahun 2023 menunjukkan kekuatan operasional Adaro di tengah fluktuasi harga dan kenaikan biaya. Ia mengatakan meski ada tantangan-tantangan ini, pihaknya berhasil mencatat margin yang sehat dengan menghasilkan laba inti US$1.024 juta.
“Kami siap mencapai target FY23 dengan dukungan eksekusi yang solid di masing-masing bisnis. Kami juga siap untuk ambil bagian dalam inisiatif hilirisasi Indonesia melalui smelter aluminium, yang mendapatkan pemenuhan keuangan di bulan Mei lalu. Hal ini menekankan komitmen kami terhadap pertumbuhan yang berkelanjutan di jangka panjang melalui strategi tiga pilar,” katanya dalam keterangan resmi.
Adaro Energy mencatat kenaikan 19% pada volume penjualan menjadi 32,62 juta ton. Namun, pendapatan berkurang 2% menjadi US$3.479 juta, akibat penurunan 18% pada harga jual rata-rata (average selling price/ASP).
Adapun EBITDA operasional sebesar US$1.393 juta. EBITDA operasional Adaro Energy turun 40% y-o-y menjadi US$1.393 juta dan laba inti turun 29% menjadi US$1.024 juta pada semester I tahun 2023 karena harga batu bara global kembali normal pada periode ini. Margin EBITDA operasional pada semester I tahun 2023 mencapai 40%. Laba inti tidak memperhitungkan komponen akuntansi non operasional setelah pajak, yang di antaranya terdiri dari amortisasi properti pertambangan.
Perusahaan juga mencatat belanja modal naik 71% menjadi US$269 juta. Perusahaan dengan kode emiten ADRO ini telah berinvestasi pada alat berat, tongkang dan infrastruktur pendukung pada rantai pasokan, sambil memulai investasi di smelter aluminium dan fasilitas pendukungnya.
Leave a reply
