
Kepanikan Global karena Corona Mereda, Ini Dampaknya bagi Indonesia

Gubernur BI Perry Warjiyo/antaranews.com
Bank Indonesia (BI) menyebut beberapa negara maju yang mampu melawan pandemi virus corona membantu meredakan rasa panik pelaku pasar global. Amerika Serikat (AS) dan Eropa, misalnya, mengalami perkembangan baik dalam menghadapi dampak virus corona.
Menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, perkembangan positif itu semisal tampak dari Senat AS yang menyetujui stimulus fiskal senilai US$ 2 triliun untuk perekonomian negara tersebut. Dari jumlah itu, US$ 100 miliar untuk kesehatan, US$ 350 miliar untuk UMKM, US$ 250 miliar untuk tenaga kerja dan US$ 500 miliar untuk dunia usaha.
Di Jerman, parlemen negara tersebut juga menyetujui rencana paket stimulus fiskal sebesar 10% dari produk domestik brutto (PDB) atau setara US$ 860 miliar. Pemberian stimulus, kata Perry, memperkuat langkah-langkah yang dilakukan bank-bank sentral.
Bank sentral AS (The Fed) sebelumnya telah menurunkan suku bunga sebesar 100 bps hingga hampir 0% serta juga menginjeksi likuiditas ke pasar uang maupun pembelian surat surat berharga dari sektor keuangan maupun dari sektor korporasi. Pun demikian Bank Sentral Eropa yang juga telah menyepakati untuk melakukan injeksi likuiditas disamping langkah-langkah relaksasi yang lain.
“Oleh karena itu, berbagai langkah-langkah tersebut juga mengurangi kepanikan yang terjadi di pasar keuangan global termasuk bagaimana kita mengikuti harga saham di berbagai negara itu mengalami penguatan,” kata Perry saat telekonferensi di Jakarta, Kamis (26/3).
Perry mencatat, indeks harga saham di negara-negara maju mengalami penguatan setelah pengumuman stimulus fiskal ini. Indeks saham Dow Jones, misalnya, menguat 2,4% dan SNP500 menguat 1%. Penguatan indeks harga di pasar modal pun dirasakan di negara-negara berkembang seperti di Brazil, Meksiko dan Rusia.
“Ini menunjukkan bahwa paket kebijakan baik dari sisi moneter maupun stimulus mengurangi kepanikan di pasar dan karenanya itu juga meredakan kondisi tekanan-tekanan di global yang tentu saja juga berimplikasi berlaku dengan membaiknya sentimen terhadap pasar keuangan Indonesia,” kata Perry.
Perkembangan tersebut, kata Perry, tentu berdampak positif bagi Indonesia, baik itu di pasar valuta asing, pasar modal, maupun pasar obligasi. Sejak Selasa (24/3) lalu, nilai rupiah telah menguat dan cenderung stabil di pasar valas.
“Sejak hari Selasa yang lalu mekanisme pasar itu berlangsung secara baik, bid over itu berlangsung dan membentuk pembentukan nilai tukar Rupiah yang baik. Sekarang ini nilai tukar rupiah diperdagangkan di sekitar Rp 16.250/dolar, menguat dari posisi baik hari senin maupun selasa,” tuturnya.
Sedangkan di pasar modal, kata Perry, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penguatan sebesar 380 poin menjadi 4,316 sejak Selasa lalu. Sebagian besar dari saham yang diperdagangkan di pasar modal domestik pun cenderung hijau atau menguat nilainya. Kemudian untuk pasar obligasi, menurut Perry, para investor sudah mulai kembali membeli Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
“Ini menunjukkan bahwa kondisi pasar keuangan baik pasar valas, pasar saham maupun pasar obligasi (domestik) semakin baik,” katanya.
Leave a reply
