Kinerja Keuangan Positif di Semester I/2021, Total Kredit BCA Stabil di Angka Rp 593,6 T

0
519

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menyebut total kredit pada Juni 2021 stabil di angka Rp 593,6 triliun secara tahunan (yoy) yang didukung oleh segmen korporasi, KPR, dan kartu kredit. Sementara kredit korporasi naik 1,0% yoy menjadi Rp 260,4 triliun pada Juni 2021.

“Di periode yang sama, KPR juga meningkat 2,9% menjadi Rp 93,6 triliun sebagai hasil dari pelaksanaan ‘BCA Online Expoversary’ pada Maret 2021, di mana sebagian besar kredit tersebut dibukukan pada triwulan II tahun ini,” kata Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja dalam keterangan resminya secara virtual, Kamis (22/7).

Jahja mengatakan, saldo outstanding kartu kredit juga berhasil mencatatkan rebound, naik 4,5% yoy menjadi Rp 14,0 triliun. Kredit komersial dan UKM terkoreksi 1,0% yoy menjadi Rp 182,8 triliun, dipengaruhi oleh perlambatan aktivitas bisnis. Sementara itu, kredit kendaraan bermotor (KKB) turun 13,4%  yoy menjadi Rp 36,8 triliun.

Sedangkan kinerja dana pihak ketiga (DPK), kata Jahja, tetap kokoh di mana current account and savings account (CASA) naik 21,0% yoy menjadi Rp 697,1 triliun. Deposito berjangka meningkat 6,8% yoy mencapai Rp 198,2 triliun. Secara keseluruhan, total DPK tumbuh 17,5% dari periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 895,2 triliun, sehingga mendorong total aset naik 15,8% yoy menjadi Rp 1.129,5 triliun di akhir Juni 2021.

Baca Juga :   BNI Gandeng HIPMI Perkuat Daya Saing UMKM

Dengan memanfaatkan basis nasabah yang besar serta memperkuat ekspansi ekosistem digital, kata Jahja, pihaknya mampu mempertahankan kekuatan di segmen perbankan transaksi sebagai penggerak pendanaan CASA yang solid. BCA memproses 41 juta transaksi per hari secara rata-rata pada Semester I/2021, naik dari 28 juta di periode yang sama tahun lalu. CASA berkontribusi sebesar 77,9% dari total DPK per Juni 2021.

Untuk permodalan BCA, kata Jahja, tetap berada di posisi yang kokoh dengan rasio kecukupan modal (CAR) tercatat sebesar 25,3%, lebih tinggi dari ketentuan regulator, serta kondisi likuiditas yang memadai dengan loan to deposit ratio (LDR) sebesar 62,4%. Rasio kredit bermasalah (NPL) terjaga sebesar 2,4% didukung oleh kebijakan relaksasi restrukturisasi.

Pengelolaan loan at risk, kata Jahja, akan menjadi salah satu fokus BCA pada semester II tahun ini, mengingat pandemi yang diperkirakan masih akan berlanjut. Sebagai tambahan, rasio pengembalian terhadap aset (ROA) tercatat sebesar 3,1%, dan rasio pengembalian terhadap ekuitas (ROE) sebesar 16,6%.

Baca Juga :   OJK: Kredit Perbankan Tumbuh 11% di September 2022 Secara Tahunan

Pandemi juga telah mempercepat digitalisasi dalam banyak hal, termasuk dalam penyediaan layanan perbankan. Merespon hal ini, kata Jahja, BCA telah melakukan sejumlah inisiatif, salah satunya termasuk peluncuran tahap awal “myBCA”, yang kami siapkan menjadi aplikasi pelayanan terintegrasi BCA di masa depan.

“Tren digitalisasi ini akan terus berlanjut, seperti terlihat dari jumlah transaksi melalui mobile dan internet banking kami yang tumbuh secara eksponensial. Hal ini merupakan dinamika yang tidak dapat dihindari, dan kami senantiasa membuka pintu kepada seluruh mitra bisnis untuk dapat bekerja sama di era kolaborasi,” ujar Jahja.

 

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics