Survei Praxis soal Hubungan Pemilu dan Ekonomi Bisa Jadi Dasar Praktisi PR Susun Gagasan Komunikasi

0
314
Reporter: Rommy Yudhistira

Hasil survei Praxis menyebutkan 62,4% responden menilai kegiatan debat terbuka sebagai preferensi yang paling mempengaruhi dalam memilih pemimpin dalam pemilihan umum (pemilu). Sedangkan, hanya 12,27% responden menilai dukungan politik mempengaruhi pemilih dalam memilih pemimpin di pemilu.

Di samping kedua hal itu, kata Director of Public Affairs Praxis PR Sofyan Herbowo, lebih dari sepertiga responden ragu pemilu dapat berdampak nyata terhadap perekonomian masyarakat. Sedangkan 34,84% mengaku setuju, dan 26,26% tidak setuju.

“Di #PraxiSurvey ini, kami ingin menggali lebih dalam mengenai persepsi masyarakat terhadap pemilu 2024 dan hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi. Saya percaya temuan menarik dari survei ini dapat mendorong masyarakat untuk bijak dalam menggunakan hak pilihnya sehingga ekosistem demokrasi yang sehat dapat terjaga,” kata Wakil Ketua Umum Public Affairs Forum Indonesia (PAFI) itu dalam keterangan resminya beberapa waktu lalu.

Dalam survei ini, kata Sofyan, ketersediaan lapangan pekerjaan dianggap sebagai indikator pertumbuhan ekonomi paling penting dengan persentase 73,29%. Selanjutnya, kemudahan akses layanan dasar 71,84% serta murahnya harga BBM dan bahan pokok 51,17%. Sedangkan meningkatnya perdagangan internasional berada di urutan terakhir dengan 25%.

Baca Juga :   Nobu Bank Kerja Sama dengan MD Co Berdayakan 10 Ribu Pelaku UMKM Ekonomi Kreatif

Sementara itu, kata Sofyan, sebanyak 53% responden merasa tidak puas terhadap tingkat kesetaraan pendapatan di Indonesia saat ini.

Hasil survei lainnya, kata Sofyan, sebanyak 56% responden menilai menggunakan hak pilih menjadi alasan penting untuk mencegah penyalahgunaan hak suara pemilih. Lalu, hanya 7,49% responden yang tidak ingin salah satu calon presiden dan calon wakil presiden menang pada pemilu.

Soal survei ini,anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) August Mellaz mengatakan, temuan tersebut menunjukkan pemilih memiliki kesadaran yang cukup tinggi untuk menggunakan hak pilih dan mampu berpikir kritis mengenai kualitas calon pemimpin. Dan, sejalan dengan misi KPU yakni meningkatkan kualitas pemilu yang efektif, efisien, transparan, akuntabel, dan kemudan akses.

“Kami mengimbau pemilih untuk mempertahankan hal tersebut, dan bagi para pemimpin untuk menyiapkan kampanye sehat yang berfokus pada kualitas program-program yang berguna bagi kehidupan masyarakat,” kata August.

Sementara itu, Ketua Umum PAFI Agung Laksamana mengatakan, penting bagi calon pemimpin, media, serta praktisi PR dan public affair (PA) memahami persepsi masyarakat terhadap pertumbuhan ekonomi dan pemilu. Berdasarkan itu pula bisa disusun gagasan komunikasi yang efektif, berdampak, dan relevan.

Baca Juga :   Bamsoet: Badan Kajian MPR Sepakat Bentuk Panitia Ad Hoc PPHN

“Saya sangat mengapresiasi upaya Praxis dalam melaksanakan survei ini yang saya yakini dapat memberikan banyak insights bagi para pemangku kepentingan dalam menyambut tahun politik yang akan datang,” ujar Agung.

Dari sisi ekonomi, Head of Research DBS Group Maynard Arif mengatakan, pemilu berdampak nyata terhadap perekonomian masyarakat. Investor cenderung menunggu untuk berinvestasi hingga seluruh calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) diumumkan.

“Hal serupa akan pemerintah alami, karena fokusnya bergeser ke penyelenggaraan pemilu. Berbanding terbalik, konsumsi masyarakat justru meningkat, karena banyak pelaku bisnis yang memberikan promosi pada momentum pemilu,” kata Maynard.

Untuk diketahui, Praxis merupakan sebagai agensi public relations (PR) dan public affairs (PA) yang menggelar survei independen kedua yang bertujuan mengetahui persepsi masyarakat terhadap Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 yang berkolerasi dengan pertumbuhan ekonomi. Survei itu dilakukan pada 14-17 Juli 2023, dengan jumlah responden mencapai 1.108 yang berusia 17 hingga 45 tahun di 12 kota besar di Indonesia.

Leave a reply

Iconomics