Reputasi dan Arus Kas Harus Positif Jika Tidak Ingin Perusahaan Menjadi Bangkrut

Laporan keuangan yang melacak setiap pemasukan dan pengeluaran atau cash flow menjadi hal yang sangat penting bagi kelangsungan suatu korporasi. Karena itu, meski reputasi suatu perusahaan positif tapi arus kasnya negatif, maka akan mengalami kebangkrutan seperti pengalaman beberapa perusahaan.

“Maka saya boleh bilang mau sebagus apapun reputasinya, sebagus apapun maintenance isunya tapi kalau cash flow-nya jelek. Mati,” kata Chief Executive Officer (CEO) Nexus Risk Mitigation & Strategic Communication Firsan Nova dalam workshop The Iconomics Indonesia Public Relations Summit 2023 di Hotel JS Luwansa di Jakarta beberapa waktu lalu.

Karena itu, kata Firsan, praktisi PR harus dapat menguasai narasi dengan baik, sehingga bisa menguasai isu di publik. Semisal, seburuk apapun isu yang terjadi pada produk rokok, namun tetap saja masih ada masyarakat yang membeli produk tersebut.

“Kenapa? When you accept the risk, sudah tidak ada risikonya lagi,” ujar Firsan.

Dalam hal produk saus sambal yang dipakai pedagang bakso dan mi ayam, kata Firsan, walau dihantam dengan berbagai isu negatif, produk tersebut masih digunakan, dan akan terus dipakai hingga beberapa waktu mendatang. “Mandala collapse, Nokia collapse, Ericsson collapse. Dan (saus) masih ada di tukang bakso. Yang namanya pun kita tidak tahu, hidup dengan isu negatif,” kata Firsan.

Dalam kesempatan itu, Firsan menyebut penting memahami relasi isu manajemen dan krisis manajemen ketika mengelola suatu perusahaan. Fungsi PR sebenarnya adalah menjalin dan menjaga hubungan antara korporasi dengan lingkungan sekitar, sehingga dapat terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti konflik.

Untuk meminimalisir persoalan, kata Firsan, insan PR harus memiliki kemampuan mendengar yang baik. Krisis isu yang negatif harus dapat diselesaikan dengan mendengar segala hal yang berkaitan dengan masalah tersebut.

“Itu skill yang penting untuk dimiliki. Sebetulnya ada banyak,” ujar Firsan.