
83 Tahun Sinar Mas dan Warisan Nilai Sang Pendiri

Eka Tjipta Widjaja/Kumparan
Iconomics - Pada bulan Oktober ini Sinar Mas merayakan ulang tahunnya yang ke-83. Bermula dari CV Sinar Mas yang didirikan oleh Eka Tjipta Widjaja pada 3 Oktober 1938, kini Sinar Mas telah menjelama menjadi sebuah konglomerasi bisnis di Indonesia.
Sinar Mas kini memiliki 7 pilar bisnis yaitu Pulp dan Kertas, Agribisnis dan Pangan, Layanan Keuangan, Pengembang dan Realestat, Telekomunikasi, Energi dan Infrastruktur, serta Layanan Kesehatan dengan jumlah karya hampir 400 ribu.
Meski dikelola secara independen, ke-7 pilar bisnis tersebut dipersatukan oleh nilai-nilai yang sama yang diwariskan oleh sang pendiri yaitu integritas, sikap positif, inovatif, komitmen, perbaikan berkelanjutan dan loyal.
“Kami senantiasa bersyukur kepada pendiri Sinar Mas, ayah kami yang tercinta Bapak Eka Tjipta Widjaja yang telah menanamkan landasan yang kuat dan filosofi kehidupan sebagai navigator bagi seluruh keluarga Sinar Mas untuk dapat terus berkarya dan berkontribusi,” ujar Franky O.Widjaja, Board Member Sinar Mas sekaligus salah satu anak dari Eka Tjipta Widjaja dalam sambutannya dalam Forum Dialog HUT 83 Sinar Mas: Economic Outlook 2022 – Sinergi Korporasi & Pemerintah dalam Pemulihan Ekonomi Nasional, Rabu (6/10).
Franky mengatakan sang ayah tidak bosan-bosanya mengingatkan untuk tetap menjaga integritas dalam kondisi sesulit apa pun.
“Karena kepercayaan adalah nama baik dan modal terpenting bahkan melebihi nyawanya,” ujar Franky.
Selain integritas, warisan lain dari sang ayah adalah tekat bulat atau komitmen yang kuat untuk menangani pekerjaan, pantang menyerah, hingga tuntas serta sikap positif.
“Kesulitan apa pun yang dihadapi pasti bisa diatasi asal punya komitmen untuk menyelesaikannya,” ujar putra ke-8 dari Eka Tjipta Widjaja ini.
Inovasi juga menjadi salah satu warisan terpenting dari sang ayah. Franky meceritakan pada zamannya, sang ayah tidak pernah berhenti berinovasi.
“Untuk mengurangi susut kopra, saat teman-teman pedagang lainnya asik bermain kartu, Pak Eka sangat tekun menemani kuli angkut sehingga susut kopra miliknya hanya 3%, sementara pedagang lainnya 8%,” ungkapnya.
Bahkan, tambah Franky, ada cerita pada saat musim hujan, jalanan becek dan banjir, bukan Pak Eka yang menaiki sepeda, tetapi sepeda yang menaiki Pak Eka.
“Beliau juga sangat menghargai loyalitas terutama mereka yang ikut berjuang bersama di masa-masa sulit,” ujarnya.