
Bank Indonesia Masih Pertahankan Suku Bunga Acuan Ditengah Perkiraan Kenaikan Fed Fund Rate

Gubernur BI Perry Warjiyo
Pada rapat dewan gubernur pertama tahun 2022 ini, Bank Indonesia masih mempertahankan suku bunga acuan. Sejauh ini bank sentral Indoensia ini belum berencana menaikan suku bunga di saat banyak bank sentral di negara lain melakukannya, termasuk bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve.
“Rapat dewan gubernur Bank Indonesia pada 19 dan 20 Januari 2022, memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%. Demikian juga suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 2,75% dan suku bunga Lending Facility tetap sebesar 4,25%,” ujar Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Kamis (20/1).
Tingkat BI 7-Day Reverse Repo Rate, Deposit Facility dan Lending Facility masing-masing berada pada posisi tersebut sejak Februari 2021.
Perry menjelaskan keputusan mempertahankan suku bunga acuan tersebut sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas inflasi, nilai tukar dan sistem keuangan serta upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi di tengah tekanan eksternal yang meningkat.
Perry kembali menegaskan pernyataan dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia pada 24 November 2021 bahwa bauran kebijakan Bank Indonesia pada tahun 2022 diarahkan untuk menjaga stabilitas dengan tetap mendukung upaya pemulilihan ekonomi nasional.
“Dalam hal ini kebijakan moneter tahun 2022 akan lebih diarahkan untuk menjaga stabilitas. Sementara empat instrumen kebijakan lain yaitu kebijakan makroprudensial, sistem pembayaran, pendalaman pasar uang serta ekonomi keuangan inklusif dan hijau tetap untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujar Perry.
Sejumlah bank sentral negara emerging market seperti Brasil, Meksiko, Afrika Selatan, Rusia dan Korea Selatan sudah menaikan suku bunga sebagai respons atas inflasi tinggi di negara mereka.
Brasil dengan tingkat inflasi di atas 10% sudah menaikan suku bunga sebesar 725 basis poin selama tahun 2021 sehingga sekarang suku bunga berada di level 9,25%. Rusia dengan inflasi 8,4% sudah meniakan suku bunga sebesar 425 basis poin sehingga mencapai 8,5%. Kemudian Meksiko dengan inflasi 7,4% sudah menaikan suku bunga sebesar 125 basis poin sehingga kini berada di level 5,5%. Afrika Selatan dengan inflasi 5,5% sudah sekali menaikan suku bunga sebesar 25 basis poin sehingga menjadi 3,7%.
Negara maju seperti Inggris juga sudah menaikan suku bunga. Dengan inflasi sebesar 5%, suku bunganya sudah naik 15 basis poin. Korea Selatan dengan tingkat inflasi sebesar 3,7%, suku bunganya kini berada di 1% dan sudah naik sebesar 50 basis poin.
Mata seluruh dunia kini mengarah Federal Reserve. Perry mengatakan Bank Indonesia memperkirakan bank sentral Amerika Serikat itu akan menaikan suku bunga sebanyak 3 hingga 4 kali yang dimulai pada Maret 2022 ini.
Perry menjelaskan bila dilihat dari sisi fundamental ekonomi Amerika Serika yaitu membandingkan inflasi dan tingkat pengangguran di Amerika Serikat kemungkinan Fed Fund Rate akan naik tiga kali. Tetapi, tambah Perry, Bank Indonesia juga mempertimbangkan pandangan-pandangan dari pasar.
“Karena itu, secara keseluruhan kami membuat kesimpulan dan ini sebagai dasar untuk kami melihat, mengantisipasi dan juga menempuh respons kebijakan dari sisi Bank Indonesia. Secara keseluruhan baseline skenario kami bahwa Fed Fund Rate akan naik empat kali pada tahun ini mulai FOMC Maret dan tentu saja FOMC berikutnya,”ujar Perry.
Kenaikan Fed Fund Rate, tambah Perry, tingkat kemungkinannya sudah tinggi, tinggal magnitudenya. “Apakah 25 basis poin atau 50 basis poin. Itu yang tentu saja harus kita baca lebih lanjut,”ujarnya.
1 comment
Leave a reply

[…] Indonesia masih mempertahankan kebijakan suku bunga rendah pada rapat dewan gubernur Januari 2022 ini. Namun, bank sentral akan menaikan suku bunga acuannya […]