Bank Indonesia Menaikkan Suku Bunga Acuan Paling Cepat Awal Triwulan III
Bank Indonesia masih mempertahankan kebijakan suku bunga rendah pada rapat dewan gubernur Januari 2022 ini. Namun, bank sentral akan menaikkan suku bunga acuannya ketika sudah mulai ada tanda-tanda kenaikan inflasi.
“Suku bunga rendah 3,5% kami akan tetap pertahankan sampai ada tanda-tanda kenaikan inflasi, yang kami perkirakan kemungkinan paling awal triwulan ketiga atau kemungkinan besar di akhir tahun,” ujar Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, Kamis (27/1).
Perry menyampaikan dari lima instrumen kebijakan yang dimiliki Bank Indonesia, satu instrumen yaitu kebijakan moneter diarahkan untuk menjaga stabilitas karena adanya ketidapastian yang meningkat terutama dari sisi global. Sementara empat instrumen kebijakan yang lain yaitu makroprudensial, sistem pembayaran, pengembangan pasar uang dan kebijakan ekonomi-keuangan inklusif dan hijau diarahkan untuk mendukung pertumbuhan (pro growth).
Untuk kebijakan moneter, Perry menyampaikan Bank Indonesia akan terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Terkait nilai tukar ini, Bank Indonesia juga akan berkoordinasi erat dengan Kementerian Keuangan untuk menyikapi kenaikan US Treasury yang akan berdampak pada yield SBN dan stabilitas nilai tukar.
Masih terkait kebijakan moneter, Bank Indonesia juga melakukan normalisasi kebijakan likuiditas dengan menaikan GWM (Giro Wajib Minimum) Rupiah untuk BUK (Bank Umum Konvensional). Kenaikan dilakukan secara bertahap dari saat ini 3,5% menjadi naik sebesar 150 basis poin pada 1 Maret, naik100 basis poin pada 1 Juni dan naik 50 basis poin pada 1 September. Perry berharap perbankan mulai mengantisipasi kenaikan GWM ini.
Sedangkan GWM Rupiah untuk BUS (Bank Umum Syariah) dan UUS (Unit Usaha Syariah) naik masing-masing 50 basis poin pada 1 Maret, 1 Juni dan 1 September dari posisi saat ini 3,5%.
“Kami pastikan likuiditas di perbankan masih jauh lebih besar untuk kemampuan perbankan menyalurkan kredit dan membeli SBN. Rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) sekarang adalah 35,1%. Dengan keniakan GWM ini kami perkirakan akan turun menjadi 30% jauh lebih besar dari sebelum Covid yaitu maksimum 21%. Jadi, masih longgar meksipun kami naikan GWM ini,” ujar Perry.