
Tergantung Kedelai Impor, Kenaikan Harga Tahu Tempe Tak Bisa Dihindarkan

Tempe/Dok. Iconomics
Kementerian Perdagangan menyatakan kenaikan harga kedelai di tingkat pengrajin tahu dan tempe sebagai dampak kenaikan harga di dunia. Kenaikan harga tahu dan tempe tidak bisa dihindari.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Syailendra menegaskan stok kedelai sampai saat ini cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional. Oleh karena itu, Kementerian Perdagangan menjamin kedelai akan selalu tetap tersedia dan industri pengrajin tahu dan tempe akan terus berproduksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di tengah kenaikan harga kedelai impor.
“Kenaikan harga kedelai di tingkat pengrajin tahu dan tempe tersebut merupakan dampak pergerakan harga kedelai dunia sejak pertengahan tahun lalu hingga sekarang,” kata Syailendra dalam siaran pers belum lama ini.
Menurut Syailendra, saat ini harga kedelai impor di tingkat pengrajin tahu dan tempe secara umum berada di kisaran Rp9.100/kg s.d. Rp9.200/kg. Adapun harga kedelai impor pada bulan Februari diperkirakan menjadi berkisar Rp9.500/kg di tingkat pengrajin tahu dan tempe. Adapun harga juga akan terjadi penyesuaian kembali harga tahu yang sebelumnya Rp600/potong menjadi berkisar Rp650/potong dan harga tempe yang sebelumnya Rp15.000/kg menjadi berkisar Rp16.000/kg.
Syailendra menambahkan terjadi kenaikan harga kedelai dunia yang mencapai 30% sebelumnya, mulai paruh kedua tahun lalu hingga akhir 2020. Hal itu berdampak pada penyesuaian harga tahu dan tempe di pasar yang naik menjadi rata-rata 20%, mengingat kedelai memberikan kontribusi yang cukup besar sebagai bahan baku produksi tahu dan tempe.
Ia mengatakan penyesuaian harga tahu dan tempe di pasar merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Pasalnya mayoritas kebutuhan kedelai Indonesia masih dipenuhi melalui impor.
Leave a reply
