
Ada Ancaman Perlambatan Ekonomi Global, Bagaimana Prospek Chandra Asri?

Fasilitas pabrik Chandra Asri/Chandra Asri
Ancaman perlambatan ekonomi global pada tahun 2023 akan berdampak pada perekonomian domestik, meski proyeksi terbaru Bank Indonesia menyebut tahun depan ekonomi Indonesia masih akan tetap tumbuh di sekitar 5%.
Tetapi, kondisi global yang diselimuti konflik geopolitik, perang dagang, kenaikan harga energi dan pangan, pengetatan kebijakan moneter dan lainnya, tentu tetap diwasapadai oleh para pelaku usaha.
“Tetapi, from Chandra Asri perspektive fokus kita tetap kepada operational excellence, tetap berkontribusi untuk fulfill perekonomian nasional, all the local demand dan kita tetap juga mempertahankan balance sheet kita dengan financial strong dan liquidity pool yang lebih dari US$2 miliar,” ujar Andre Khor Kah Hin, Direktur Keuangan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk dalam sesi tanya jawab paparan publik Perseroan yang digelar, Rabu (30/11).
Andre mengatakan meski kondisi global akan berdampak bagi semua industri, termasuk industri petrokomia yang digeluti Perseroan, tetapi Chandra Asri memiliki keunggulan yaitu produknya dipasarkan di dalam negeri. Ketersediaan produk petrokimia di dalam negeri, menurutnya masih kurang, meski Perseroan sudah memasok semua produknya untuk industri dalam negeri.
“Memang untuk tahun kedepannya, dengan adanya perang Ukraina, dengan adanya zero Covid policy di China, dengan adanya interest rate yang naik dengan cepat, itu memang challenging time for all,tetapi memang Chandra Asri tetap akan mempertahankan keunggulan operasional dan finansial kita,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan oleh, Suryandi, Direktur Sumber Daya Manusia & Urusan Korporat Chandra Asri. Menurutnya, situasi gepolitik dan kebijakan zero Covid di China akan menyebabkan permintaan menurun.
“Kondisi tersebut tidak hanya menimpa atau kena ke Chandra Asri saja tetapi industri petrokimia di regional dan seluruh dunia dan bukan cuma industri petrokimia saja, tetapi industri lainnya juga sangat kena dampaknya,” ujar Suryandi.
Namun, Suryandi menegaskan Perseroan memiliki fokus kepada pasar di dalam negeri. “Karena pasar di dalam negeri saja itu, dengan produk dari Chandra Asri itu kita masih shortage, masih harus impor, sehingga kuat alasannya manufaktur dalam negeri tetap bisa bekerja sama dan mendapat support dari Chandra Asri,” ujarnya.
Karena itu, tambah Suryandi, Perseroan akan menjaga operasional di pabrik agar tetap berjalan normal. “Produksinya jangan sampai terganggu sehingga pasokan masih terus bisa jalan untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri,” ujarnya.
Chandra Asri merupakan produsen petrokimia terbesar di Indonesia, dengan pangsa pasar mencapai 50% untuk produk olefins, 40% untuk produk polyethylene, 32% untuk produk polypropylene dan 100% untuk styrene monomer. Pangsa pasar tersebut termasuk memperhitungkan produk petrokimia impor.
Pada periode Januari-September 2022, Chandra Asri mencatatkan Pendapatan Bersih sebesar US$1,94 miliar, naik 3,5% dari periode yang sama tahun lalu. EBITDA tercatat sebesar US$11,1 juta.
Perseroan menghadapi tantangan eksternal selama 9 bulan tahun 2022 dari harga minyak mentah yang tetap tinggi rata-rata di atas US$100 per barel (sekitar 51% lebih tinggi dari 9 bulan tahun 2021) sebagai akibat dari ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung. Selain itu, terdapat permintaan yang rendah dari China karena lockdown Covid-19, dan efek musiman Lebaran.
Dalam masa yang tidak pasti ini, Perseroan terus mempertahankan kebijakan keuangan yang hati-hati untuk mengatasi volatilitas sambil mempertahankan neraca yang kuat, dengan liquidity pool sebesar US$2,28 miliar yang terdiri dari US$1,14 miliar kas dan setara kas, US$798,8 juta surat berharga, dan US$342,7 juta fasilitas committed revolving credit yang tersedia.
Leave a reply
