
Pertimbangan dan Persiapan Pembelajaran Tatap Muka, Apa Kata Influencer Zee Zee Shahab?

Zee Zee Shahab
Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas yang sudah mulai banyak dilakukan tetap harus diimbangi dengan protocol kesehatan yang ketat. Tidak hanya untuk peserta didiknya, tapi juga semua guru dan staf yang ada di sekolah. Ada yang bersyukur dengan adanya PTM tapi tidak sedikit juga para orang tua yang masih belum yakin dengan PTM.
“Kita ingin sharing ke semua tentang informasi kesehatan. Terutama bagaimana cara kita mengurangi atau mencegah penyebaran covid-19 selama PTM,” kata CEO Makuku Family, Mr. Jason Lee saat webinar ‘Menghadapi Sekolah Tatap Muka, Sudah Siapkah Parents?’ pada Selasa (28/9/2021).
Diskusi ini menghadirkan influencer Zee Zee Shahab, ibu dari dua anak yang saat ini juga menghadapi sekolah tatap muka. Hadir pula konsultan dokter spesialis anak dari Makuku Family dr. Andreas M.Ked (Ped). Sp.A dan Brand Representative Makuku Family Chairunissa.
“Anakku yang pertama umur 8 tahun, masuk SD kelas 1 pas pandemi. Dia sampai nggak tahu nama teman-teman kelasnya. Sekarang dia jadi suka gampangin masalah. Kalau gak bisa, aku tinggal googling atau panggil mommy aja,” cerita Zee Zee.
Meski belajar di rumah banyak kelemahan, bukan berarti Zee Zee sudah siap melepas anaknya kembali ke sekolah.
“Jujur ya, aku belum siap dengan konsekuensinya. Untuk sekarang sekolah online lebih baik. Aku termasuk orang tua yang agak overthinking, sampai saat ini belum kasih izin. Kalau anak SMP atau SMA mungkin sudah mengerti protokol kesehatan, bagaimana sosialisasi di masa pandemi. Tapi kalau SD belum waktunya ya, karena kalau ketemu teman-teman euforianya beda. Bisa langsung lepas masker dan lupa jaga jarak,” tambahnya.
Konsultan dokter spesialis anak dari Makuku Family, dr. Andreas juga menyadari metode belajar di rumah menimbulkan stres, tidak hanya pada anak tapi juga orang tua. Tapi untuk menggelar PTM sekarang, dr. Andreas melihatnya sebagai kebijakan yang terburu-buru.
“Keputusan PTM diambil pemerintah setelah melihat kasus positif dan angka kematiannya sudah turun. Tapi perlu diingat bahwa cakupan vaksinasi anak usia 12-18 tahun di Indonesia belum sampai 80%. Masalahnya lagi, ketersediaan fasilitas tes PCR di daerah belum sama banyaknya dengan di Jabodetabek. Ini harus hati-hati juga,” kata dr Andreas.
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah kesiapan sekolah. “Sekolah wajib menjaga prokes, dan kesiapannya bukan cuma soal wastafel atau ruang kelas. Tapi kesiapan mental guru-guru menghadapi anak yang ricuh dan tidak mengikuti protokol kesehatan. Siapkah gurunya?” tanya dr. Andres.
Juga tidak kalah penting, pastikan semua sarana dan prasarana sekolah siap untuk kondisi darurat, misalnya ketika tiba-tiba ada anak yang demam saat di sekolah.
“Di pihak orang tua, juga harus memastikan anak selalu mematuhi protokol kesehatan. Bagaimana pakai maskernya, harus benar-benar diajari jangan cuma menyuruh,” tambahnya.
Sebagai tips, saat PTM sudah efektif berjalan, orang tua harus tahu gejala infeksi virus corona pada anak.
“Kasus covid-19 pada anak seringkali tidak langsung ketahuan seperti orang dewasa. Gejalanya ringan seperti tiba-tiba lemas, bahkan demamnya pun tidak terlalu tinggi. Ini yang perlu diperhatikan saat tatap muka nanti,” pungkasnya.
Brand Representative Makuku Family Chairunissa mengatakan terlepas apakah orang tua mengizinkan anaknya mengikuti PTM atau tidak, namun gaya hidup sehat harus menjadi prioritas, terlebih di saat pandemi.
“Salah satunya membawa peralatan makan minum sendiri. Tidak berbagi alat dengan orang lain,” pesan Icha.
Makuku Family mempunyai Rovco dan Alfresh. Produk Alfresh dan Rovco, seperti tempat makan dan botol minum, memiliki kualitas premium dan berbahan food grade sehingga sangat aman digunakan untuk membawa bekal makan si kecil saat di sekolah.
Leave a reply
