United Tractors Catat Kenaikan Pendapatan Bersih 6%, Laba Turun 30% di Kuartal I-2025

0
28

PT United Tractors Tbk membukukan pendapatan bersih sebesar Rp34,3 triliun atau naik sebesar 6% dari Rp32,4 triliun pada periode yang sama di tahun 2024.

Pendapatan bersih tersebut terutama berasal dari Rp12,6 triliun dari segmen kontraktor penambangan, sebesar Rp10,9 triliun dari segmen mesin konstruksi, sebesar Rp7,0 triliun dari segmen pertambangan batu bara termal dan metalurgi, sebesar Rp2,9 triliun dari segmen pertambangan emas dan mineral lainnya.

Laba bersih Perseroan turun 30% menjadi Rp3,2 triliun, disebabkan oleh penurunan kontribusi kinerja dari segmen pertambangan batu bara termal dan metalurgi akibat penjualan dan harga batu bara yang lebih rendah serta segmen kontraktor pertambangan yang terkendala curah hujan tinggi, yang sebagian diimbangi oleh peningkatan kontribusi dari segmen pertambangan emas dan mineral lainnya serta mesin konstruksi, dan rugi bersih dari entitas asosiasi terkait dengan penurunan nilai dua proyek RKEF lama milik Nickel Industries (NIC).

Untuk segmen usaha mesin konstruksi mencatat peningkatan penjualan alat berat Komatsu sebesar 23% menjadi 1.385 unit yang didorong oleh peningkatan penjualan di semua sektor. Komatsu tetap mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar alat berat. Berdasarkan riset pasar internal, pangsa pasar Komatsu adalah 24%. Pendapatan Perseroan dari penjualan suku cadang dan jasa pemeliharaan alat berat meningkat sebesar 6% menjadi Rp2,8 triliun. Total pendapatan bersih dari Mesin Konstruksi meningkat 31% menjadi Rp10,9 triliun.

Baca Juga :   Sah, Astra Jadi Pemilik 100% OLX

Untuk segmen usaha kontraktor penambangan dioperasikan oleh PT Pamapersada Nusantara (PAMA) dan anak usahanya PT Kalimantan Prima Persada (KPP Mining). PAMA dan KPP Mining (PAMA Grup) menyediakan jasa pertambangan untuk pemilik konsesi tambang, dengan membantu mereka dalam pekerjaan pemindahan tanah (overburden removal) dan produksi batu bara serta mineral lainnya.

Sampai dengan kuartal pertama 2025, PAMA Grup mencatatkan volume pekerjaan pemindahan tanah yang lebih rendah sebesar 12% menjadi 252 juta bcm dan volume produksi batu bara untuk para kliennya turun 2% menjadi 32 juta ton, dengan rata-rata stripping ratio sebesar 7,9x. Pemindahan tanah dan produksi batu bara klien yang lebih rendah disebabkan oleh curah hujan yang tinggi pada kuartal pertama tahun 2025.

Untuk segmen usaha pertambangan batu bara termal dan metalurgi dijalankan oleh PT Tuah Turangga Agung (Turangga Resources). Sampai dengan triwulan pertama 2025, tambang batu bara Turangga Resources mencatatkan volume penjualan batu bara sebesar 3,2 juta ton (termasuk 1,1 juta ton batu bara metalurgi), turun 2% dari periode yang sama tahun 2024. Total volume penjualan batu bara termasuk batu bara pihak ketiga mencapai 3,8 juta ton, 3% lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Baca Juga :   Astra Jual Sekitar 111 Ribu Unit atau 54% dari Jumlah Nasional

Pendapatan segmen usaha pertambangan batu bara termal dan metalurgi turun sebesar 15% menjadi Rp7,0 triliun, dikarenakan penurunan penjualan dan rata-rata harga jual batu bara (baik batu bara termal maupun metalurgi).

Untuk segmen usaha pertambangan emas dan mineral lainnya mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 61% menjadi Rp2,9 triliun, terutama disebabkan oleh peningkatan penjualan dan harga rata-rata emas.

Untuk pertambangan emas dioperasikan oleh PT Agincourt Resources (PTAR) dan PT Sumbawa Jutaraya (SJR), yang mencatatkan total penjualan setara emas sebesar 57 ribu ons, 16% lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu. PTAR mengoperasikan tambang emas Martabe di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Martabe mencatatkan penjualan setara emas sebesar 55 ribu ons atau naik 12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. SJR mengoperasikan tambang emas di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. SJR mencatatkan 2 ribu ons penjualan setara emas.

Untuk bisnis nikel, PT Stargate Pasific Resources (SPR) mengoperasikan tambang nikel di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. SPR mencatatkan penjualan bijih nikel sebesar 525 ribu wet metric ton (wmt) sampai kuartal pertama tahun 2025, yang terdiri dari 155 ribu wmt saprolit dan 370 ribu wmt limonit.

Baca Juga :   Astra Tambah Investasi di Halodoc

Nickel Industries Limited (NIC) yang dimiliki sebesar 20,14% merupakan perusahaan pertambangan dan pengolahan nikel terintegrasi dengan aset utama yang berlokasi di Indonesia. Sehubungan dengan perbedaan waktu rilis kinerja NIC, UT membukukan bagian rugi bersih NIC untuk periode 3 bulan berdasarkan rilis kinerja NIC kuartal terakhir tahun 2024. Kinerja bisnis ini terdampak oleh pencatatan penurunan nilai terkait dua proyek RKEF lama milik NIC.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics