
Likuiditas Perbankan yang Ketat Mengganjal Transmisi Penurunan Suku Bunga Acuan ke Bunga Deposito dan Kredit

Gedung Bank Mandiri/Dok.Bank Mandiri
Likuiditas di perbankan yang masih relatif ketat dapat menjadi ganjalan transmisi penurunan suku bunga acuan ke suku bunga deposito dan kredit.
Sebelumnya, Bank Indonesia memangkas BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6%. Bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, juga memangkas suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin pada September ini, menandai berakhirnya era suku bunga tinggi.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo saat pengumuman penurunan BI Rate beharap agar langkah bank sentral menurunkan suku bunga acuan juga diikuti oleh perbankan dengan memangkas suku bunga deposito dan kredit.
Namun, likuiditas perbankan yang masih ketat dapat mengganjal akselerasi transmisi penurunan suku bunga acuan ke suku bunga deposito dan kredit.
“Kita memang melihat bahwa sinyal dari penurunan suku bunga global maupun yang ada di Indonesia itu akan memberikan dampak yang positif. Namun, kita juga harus perhatikan kondisi likuiditas pasar pada saat ini,” kata Eka Fitria, Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri dalam acara temu media, Kamis (26/9).
Per Agustus 2024, penyaluran kredit perbankan nasional tumbuh 11,4% secara tahunan (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan tahun lalu.
Namun, di sisi lain pertumbuhan Dana Pihak Ketiga [DPK] cenderung lebih lambat, yaitu mencapai 7% yoy pada Agustus. Sehingga, kata Eka, kondisi likuiditas perbankan secara umum cenderung masih relatif ketat, terefleksi dari Loan to Deposit Ratio yang meningkat ke level 86,8%.
Karena itu, Eka mengatakan kecepatan transmisi penurunan suku bunga acuan kini bertumpu pada likuiditas yang bersumber dari intrumen investasi yang jatuh tempo pada November dan Desember 2024, serta adanya akselerasi belanja pemerintah pada triwulan IV 2024.
“Jika hal ini bisa kita jaga dan menambah likuiditas pasar sesuai dengan harapan, maka implikasi dari penurunan benchmark rate ini akan lebih cepat, tercermin dalam suku bunga kredit maupun suku bunga deposito,” ujarnya.
Ia berkata, bila penyerapan instrumen investasi jatuh tempo sesuai harapan ditambah adanya akselerasi belanja pemerintah, transmisi penurunan suku bunga acuan ke suku bunga deposito dan kredit bisa berlangsung lebih cepat.
“Mungkin tidak menunggu sampai dengan Desember, akhir tahun [dampak ke suku bunga deposito dan kredit],… Apabila hal tersebut masih tertunda, mungkin kita melihat baru di 2025 awal, kita lihat transmisi dan impact langsungnya terhadap penurunan suku bunga deposito dan kredit,” ujarnya.
Leave a reply
