BI Rate Dipangkas, Bank Indonesia Dorong Bank Turunkan Suku Bunga Deposito dan Kredit
Setelah menurunkan BI Rate dalam Rapat Dewan Gubernur [RDG] September 2024, Bank Indonesia berharap bank-bank juga menurunkan suku bunga deposito dan kredit.
Bank Indonesia memangkas BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6% dalam RDG yang digelar 17-18 September. Bank Indonesia menyatakan, ruang penurunan BI Rate ke depan masih terbuka sejalan dengan perkiraan inflasi yang rendah dan nilai tukar Rupiah yang stabil dan cenderung menguat, serta pertumbuhan ekonomi yang perlu terus didorong agar lebih tinggi.
“Penurunan suku bunga ini kami harapkan juga disambut baik oleh perbankan, [agar] semakin giat menyalurkan kredit,” ujar Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (18/9).
Karena itu, Perry berharap, bank-bank menurunkan suku bunga deposito dan suku bunga kredit.
Per Agustus 2024, kredit perbankan tumbuh 11,40% year on year (yoy). Pertumbuhan ini ditopang oleh sisi penawaran sejalan dengan minat penyaluran kredit yang terjaga, pendanaan yang memadai, realokasi alat likuid ke kredit oleh perbankan, dan dukungan insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) Bank Indonesia.
Hingga minggu kedua September 2024, Bank Indonesia telah menyalurkan insentif KLM sebesar Rp256,1 triliun kepada kelompok bank BUMN sebesar Rp118,6 triliun, BUSN sebesar Rp110,5 triliun, BPD sebesar Rp24,4 triliun, dan KCBA sebesar Rp2,6 triliun.
Insentif KLM tersebut disalurkan kepada sektor-sektor prioritas, yaitu Hilirisasi Minerba dan Pangan, UMKM, Sektor Otomotif, Perdagangan dan Listrik, Gas dan Air (LGA), serta sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Pertumbuhan kredit juga didukung oleh sisi permintaan yang tetap baik dari korporasi, terutama korporasi di sektor padat modal, sedangkan permintaan kredit korporasi di sektor padat karya perlu terus ditingkatkan.
Sementara itu, permintaan kredit rumah tangga terjaga, terutama pada sektor Properti. Secara sektoral, pertumbuhan kredit pada mayoritas sektor ekonomi tetap kuat, terutama pada sektor Industri, LGA, dan Pengangkutan.
Berdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit ditopang oleh kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi, yang masing-masing tumbuh sebesar 10,75% (yoy), 13,08% (yoy), dan 10,83% (yoy) pada Agustus 2024.
Pembiayaan syariah dan kredit UMKM tumbuh masing-masing sebesar 11,61% (yoy) dan 4,42% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan kredit 2024 diprakirakan berada pada batas atas kisaran 10-12%.
Bank Indonesia akan terus memperkuat implementasi KLM, termasuk kepada sektor yang mendukung penciptaan lapangan kerja, sektor yang menjadi sumber pertumbuhan baru (sektor tersier), dan sektor yang dapat meningkatkan inklusivitas, termasuk kelas menengah bawah, dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.