
OVO: Strategi Kami Bukan Bakar Uang, tapi Edukasi dan Marketing

Presiden Direktur OVO Karaniya soal strategi bakar duit/The Iconomics
PT Visionet Internasional atau OVO menolak pemberitaan yang menyebutkan perusahaan tersebut menggunakan strategi “bakar uang”. Strategi yang diterapkan OVO selama ini merupakan upaya mereka untuk mengedukasi masyarakat termasuk tentang konsep dompet digital yang disebut sebagai industri relatif baru.
Presiden Direktur OVO Karaniya mengatakan, strategi edukasi itu dinilai telah berhasil menempatkan perusahaan ini sebagai salah satu dompet digital terbesar di Indonesia. Buktinya OVO bertumbuh dan bisa diukur lewat 4 indikator yaitu Monthly Active Users (MAU) atau jumlah pengguna aktif; Transaction per Value (TPV) atau nilai per transaksi, Store Value Facility (SVF) atau jumlah uang yang mengendap di platform, serta jumlah transaksi.
“Dari 4 ukuran itu semuanya naik secara luar biasa dan revenue kita juga naik. Untuk angkanya sekitar 1 miliar transaksi untuk 2019, dan per hari kita layani 40 juta transaksi. Jadi sekali lagi kalau dibilang ‘bakar duit’, sebenarnya bukan. Itu justru adalah biaya marketing dan edukasi. E-money ini kan baru 2-3 tahun, Indonesia baru kenal, karena itu perlu edukasi,”kata Karaniya di Jakarta, Rabu (8/1).
Kendati mengaku revenue perusahaannya meningkat, Karaniya enggan membeberkan jumlahnya. Yang pasti, sambungnya, pengguna total OVO sudah mencapai 80 juta pengguna dan sekitar 12 juta merupakan pengguna merupakan aktif.
Berdasarkan fakta ini, Karaniya lalu menyimpulkan, semakin banyaknya pengguna, meningkatnya peningkatan penggunaan, nilai transaksi, jumlah transaksi dan jumlah uang yang mengendap di setiap akun pada platform, bukti strategi edukasi dan marketing OVO selama ini telah berhasil.
Leave a reply
