Kerjasama Indonesia dan Jepang untuk Pemenuhan Bioenergi

0
509

Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian berkomitmen mendorong pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT), baik yang berasal dari kelapa sawit maupun komoditas lainnya.

Kedeputian Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian bersinergi dengan Indonesia-Japan Business Network (IJB-Net) untuk mengoordinasikan penyusunan rencana kerja pemenuhan kebutuhan pasar bioenergi di Indonesia, Jepang, dan dunia.

“Targetnya, bisa menjadikan Indonesia sebagai produsen bioenergi yang mampu memasok kebutuhan Indonesia, Jepang, dan dunia,” kata Menko Perekonomian dalam siaran pers dalam Kick Off Meeting Rencana Kerja Pemenuhan Kebutuhan Pasar Bioenergi Jepang, Selasa (10/11/2020) di Jakarta.

Menko Airlangga menerangkan bahwa kebutuhan bioenergi Indonesia, Jepang, dan dunia terus meningkat. Sebagai informasi, penggunaan EBT Indonesia saat ini mencapai 9,5%, sedangkan pada tahun 2025 ditargetkan sebesar 23% dan tahun 2050 sebesar 31%.

Sementara Jepang menargetkan pemakaian EBT sebesar 22-24% dari seluruh kebutuhan energinya, hingga tahun 2030. Negara ini akan melakukan penggantian 100 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batu bara dengan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm).

Baca Juga :   BI: Rupiah Menguat Dorong Peningkatan Ekspor Industri Manufaktur

Menurut Menko Airlangga, potensi pengembangan bioenergi di Indonesia sangat besar. Indonesia memiliki potensi lahan dan bahan baku melimpah, limbah industri yang bisa diolah, sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA) yang mendukung.

Pemerintah Indonesia juga akan terus meningkatkan hubungan dengan Pemerintah Jepang untuk mewujudkan kerja sama yang telah dirintis melalui Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) dan lainnya.

“Pemerintah akan terus berusaha menjaga kualitas dan kuantitas produk biomassa kita agar dapat memenuhi standar yang dibutuhkan pasar Jepang. Untuk itu, komunikasi yang baik dan promosi antara Indonesia dan Jepang perlu terus dibangun,” kata Airlangga.

Kebutuhan biofuel (bahan bakar nabati) untuk pesawat, mobil, dan lainnya juga meningkat. Indonesia akan menaikkan persentase pemakaian biodiesel dari B20 menjadi B30 dan terus ditingkatkan lagi.

The International Civil Aviation Organization (ICAO) telah menetapkan target pengurangan emisi CO2 di tahun 2050 sebesar 50% dari target tahun 2005. Langkah tersebut diikuti dengan pembuatan rencana kerja di The International Air Transport Association (IATA) yang mengharuskan semua perusahaan penerbangan anggotanya untuk mulai menggunakan bioavtur dengan persentase yang terus ditingkatkan.

Leave a reply

Iconomics