Stimulus Fiskal Selepas Pandemi Covid-19 Harus Berbasis Ekonomi Hijau

0
913
Reporter: Yehezkiel Sitinjak

Stimulus yang digelontorkan pemerintah untuk menyelamatkan perekonomian selama masa pandemi Covid-19 bersifat jangka panjang. Tujuannya, membangun perekonomian yang lebih kuat dan berkelanjutan.

Direktur Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas Medrilzam mengatakan, dalam proses pembangunan recovery suatu negara pasca-kondisi krisis, ada kecenderungan untuk menstimulasi sektor industri yang mengeluarkan tingkat emisi karbon yang tinggi. Tengoklah selepas krisis keuangan global pada 2008-2009 lalu.

Stimulus fiskal, kata Medrilzam, dalam rangka pemulihan ekonomi dan sosial yang diambil oleh berbagai negara dilakukan melalui investasi yang diarahkan pada industri dengan tingkat karbon tinggi. Dan berakibat peningkatan kembali (rebound) tingkat emisi karbondioksida (Co2) hingga 5,9% pada 2010.

Karena itu, kata Medrilzam, pertanyaan pentingnya: bagaimana pemerintah dapat mengantisipasi ancaman bencana lainnya seperti perubahan iklim, namun sekaligus memulihkan perekonomian dan sosial dari dampak Covid-19? Bappenas, ujar Medrilzam, telah menggagas konsep build back better dengan mendorong pembangunan rendah karbon atau low carbon development.

Tujuannya untuk memulai proses perubahan ekonomi nasional menjadi lebih tangguh, berkesinambungan dan taat pada komitmen nasional terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Build back better, kata Medrilzam, merupakan konsep yang kerap digunakan dalam pemulihan pasca-terjadinya suatu bencana alam.

Baca Juga :   AP I: Karena Covid-19, Traffic Penumpang Turun 40% dari Januari-Mei 2020

Konsep ini bertujuan memastikan kondisi pembangunan selepas bencana menjadi lebih baik dan memperkuat ketahanan fisik, sosial, lingkungan, dan ekonomi suatu negara untuk menghadapi potensi ancaman-ancaman yang akan datang. Dalam konsep tersebut, kata Medrilzam, pihaknya ingin mendorong stimulus ekonomi juga yang mencakup jangka panjang.

“Yang ini harus didesain dengan membangun ekonomi lebih kuat, menjamin kesehatan dalam jangka panjang, menciptakan lapangan pekerjaan yang berkaitan dengan green jobs, serta menanggulangi perubahan iklim sekaligus membangun masyarakat yang lebih tangguh di masa mendatang,” kata Medrilzam di acara webinar, Kamis (28/5).

Stimulus fiskal, kata Medrilzam, perlu juga diarahkan untuk membangun ekonomi hijau. Terutama, dengan menciptakan model bisnis yang rendah karbon dan berkelanjutan. Juga memanfaatkan dana publik dengan menginvestasikannya di sektor yang mendukung perekonomian sekaligus rendah emisi dan bersifat berkelanjutan.

Selain itu, kata Medrilzam, Bappenas sedang mendorong integrasi risiko dan peluang iklim ke dalam sistem keuangan. Terdapat banyak peluang dalam hal ini melalui pembayaran result-based dan carbon pricing.

“Mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa mendapatkan banyak manfaat dari risiko dan peluang di dalam isu perubahan iklim ini. Ini akan membantu sistem perekonomian kita dan sekaligus meningkatkan lapangan pekerjaan di masyarakat,” katanya.

Baca Juga :   BPUI: Penyaluran KUR Pasca-Pandemi Naik Terus Puncaknya di 2022 Capai Rp 336 T

 

 

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics