
Telur Gabus Kata Oma, Camilan Lokal dengan Cita Rasa Kekinian

Founder Kata Oma Furiyanti/Dok. Istimewa
Telur Gabus sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Camilan berwujud kue kering ini di beberapa daerah memiliki namanya khas lokal, seperti di Nganjuk, Jawa Timur disebut Bidaran. Saat lebaran, camilan ini merupakan salah satu yang acap kali hadir di meja-meja keluarga Indonesia. Telur Gabus juga menjadi salah satu camilan yang biasa dijumpai di toko oleh-oleh di berbagai daerah di Indonesia.
Bila mencoba browsing di internet, ditemukan sejumlah artikel berisi resep membuat camilan yang satu ini. Oleh karena itu, tidak salah bila banyak orang Indonesia yang bisa membuat camilan berbentuk lonjong ini. Tetapi, apakah semuanya bisa berhasil di terima konsumen? Tentu saja tidak.
Salah satu produk Telur Gabus yang populer di Indonesia saat ini adalah Telur Gabus Kata Oma. Kata Oma menjadi pemenang The Best UMKM Expo yang digelar BRI pada tahun 2020 lalu. Telur Gabus Kata Oma ini juga sudah mudah ditemukan di toko-toko offline dan online terkemuka di Indonesia.
Kesuksesan Telur Gabus Kata Oma merebut lidah konsumen tidak terlepas dari kepiawaian sang founder, yaitu Furiyanti dalam meracik resep warisan keluarganya. “Cikal bakal Telur Gabus Kata Oma berawal dari resep warisan keluarga yang dibuat oleh ibu saya. Semua berawal dari kepedulian seorang Oma yang ingin menyediakan camilan yang dibuat sendiri dari bahan-bahan alami untuk anak cucunya sehingga enak, aman dan higienis,” ujar Furiyanti kepada The Iconomics.
Kepedulian yang sama juga ingin dilakukan Furiyanti, namun tidak sebatas kepada anggota keluarga, tetapi kepada keluarga yang lebih luas yaitu masyarakat Indonesia. Furiyanti ingin menyajikan camilan terbaik bagi masyarakat luas lagi. “Akhirnya kami kembangkan dari sisi produksi serta kemasan agar kualitas produk semakin baik sehingga aman untuk dikonsumsi oleh seluruh masyarakat, tetapi tidak meninggalkan ciri khasnya yaitu alami dan otentik warisan Oma,” tuturnya.

Artis Tika Panggabean (kiri) dan Founder Kata Oma Furiyanti menunjukkan Telur Gabus besutan Kata Oma/Dok. Ist
Furiyanti mengatakan dalam memperkenalkan Kata Oma kepada masyarakat Indonesia, ada tiga yang menjadi keunggulan produk. Pertama, authentic, asli warisan oma. Artinya semua terbuat dari bahan-bahan alami asli serta bercitarasa otentik Indonesia. “Lewat Kata Oma kami memiliki misi untuk memperkenalkan kekayaan citarasa daerah-daerah di Indonesia kepada dunia #RasaOtentikIndonesia,” ujarnya.
Keunggulan kedua adalah heartwarming. Dengan camilan rasa rumahan yang otentik, Kata Oma dibuat untuk menghadirkan dan menemani kehangatan keluarga sehingga dapat menjaga keakraban satu sama lain.
Ketiga, premium. Komitmen pada kualitas premium dimulai dari bahan dasar, proses produksi, hingga produk dan layanan konsumen dengan menjaga standar yang tinggi sehingga tidak hanya produk Kata Oma terjaga kualitasnya, namun seluruh pengalaman konsumen (consumer experience) memiliki kualitas yang terbaik. “Kata Oma juga kami kemas dalam kemasan moderen yang premium sehingga tidak hanya menjaga kualitas produk dengan baik tetapi juga menampilkan produk camilan Indonesia yang premium,” ujarnya.
Selain sudah ditemukan di toko online, saat ini distribusi Kata Oma dilakukan di supermarket seperti Super Indo, Ranch Market, Foodhall serta minimarket Alfamart dan Indomaret. “Kami menyasar segmen masyarakat yang menginginkan produk berkualitas dengan harga terjangkau untuk keluarga mereka,” ujarnya.
Tidak hanya itu, Kata Oma juga sekarang dapat dicari di berbagai tempat, seperti toko oleh-oleh, tempat wisata, salon bahkan apotek sekalipun. “Kata Oma sendiri sangat sesuai untuk keluarga Indonesia dimana camilan renyah, alami yang aman untuk seluruh keluarga dengan citarasa otentik Indonesia didapatkan dengan harga yang terjangkau,” ujar Furiyanti.
Di balik kesukesan Kata Oma, Furiyanti mengatakan tentu ada sejumlah tantangan yang dihadapi. Pertama-tama tantangan itu adalah bagaimana memproduksi camilan otentik rumahan menjadi massal dengan kualitas produk yang premium dan konsisten, sehingga produk camilan Telur Gabus ini bisa naik kelas dari juara lokal menjadi juara dunia. “Tentunya hal ini diperlukan quality control yang ketat dalam setiap lini produksi serta penggunaan bahan dasar alami yang terbaik,” ujarnya.
Dari sisi pemasaran, Telur Gabus memang sudah populer di kalangan masyarakat. Tetapi, tantangannya adalah bagimana agar produk yang memiliki image tradisonal dan hasil olahan rumahan ini, bisa tetap relevan di masa kini. Karena itulah, menurut Furiyanti, Telur Gabus Kata Oma memadukan rasa otentik Indonesia dengan rasa yang kekinian. Selain varian Gula Aren dan Keju yang klasik digemari sepanjang masa, Kata Oma tersedia dalam varian Balado Padang dan Telur Asin yang digandrungi anak-anak milenial.

Produk telur gabus Kata Oma dengan rasa balado Padang/Dok. Ist
“Karena kondisi pandemi dan juga perubahan perilaku konsumen, kami dituntut untuk selalu kreatif dalam mempromosikan produk kami. Salah satunya adalah dengan memperbanyak kegiatan serta kampanye lewat digital. Oleh karena itu, Kata Oma aktif mengadakan kegiatan baik itu talkshow ataupun quiz lewat sosial media kami yang tentunya berhubungan dengan target audiens kami yaitu ibu selaku Penjaga Kehangatan keluarga,” ungkap Furiyanti.
Namun, ia menambahkan pihaknya tidak hanya melakukan promosi produk tetapi juga mengedukasi masyarakat untuk memilih camilan yang baik dan aman untuk keluarga serta memperlengkapi wanita-wanita Indonesia dalam menjalankan perannya sebagai Penjaga Keluarga yang harus selalu siap memberikan yang terbaik untuk seluruh anggota keluarganya.

Telur gabus Kata Oma dengan rasa gula aren (kiri) dan telur asin (kanan)/Dok. Ist
“Misi kami yang lebih besar adalah membuat masyarakat Indonesia jatuh cinta kembali pada camilan Indonesia yang sudah mulai dilupakan dan ditinggalkan. Oleh karenanya, kami banyak melakukan kolaborasi dengan KOL (Key Opinion Leader) yang memiliki misi yang sama,” ujar Furiyanti.
Pada Agustus nanti, Kata Oma, akan meluncurkan #BanggaCamilanIndonesia, berkolaborasi dengan camilan lokal lainnya. Kampanye ini sejalan dengan apa yang digaungkan pemerintah Indonesia untuk Bangga Buatan Indonesia.”Untuk saat ini kami masih berfokus untuk memasarkan telur gabus dengan cita rasa otentik khas daerah-daerah di Indonesia. Namun ke depannya tidak menutup kemungkinan kami mengangkat camilan tradisional lainnya,” tutup Furiyanti.
Leave a reply
