Mendag Sebut Harga Melambung karena Panen Mundur, Masyarakat Diimbau Beralih ke Beras Komersil

0
31
Reporter: Rommy Yudhistira

Kementerian Perdagangan (Kemendag) menilai beberapa faktor telah menyebabkan kenaikan harga beras lokal dan premium di pasar. Salah satu faktor yang mendorong kenaikan harga itu ialah kurangnya pasokan karena mundurnya panen beras.

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menuturkan, masa tanam padi yang seharusnya dilakukan pada periode Agustus-September 2024, harus mengalami kemunduran lantaran faktor belum turunnya hujan pada periode tersebut. Akibat dari mundurnya masa panen, sejumlah pasokan beras di Indonesia mengalami keterlambatan.

“Ini baru tanam, artinya panennya baru Maret, Mei, Juni (2024). Bulan depan panen sebagian, kemudian April, dan Juni. Kalau itu terus yang dicari, pasti harganya akan naik terus, barangnya terbatas karena belum panen,” kata Zulkifli di Pasar Klender, Jakarta, Senin (26/2).

Untuk mengatasi kenaikan harga beras, kata Zulkifli, pemerintah telah menyiapkan program stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP), melalui penyaluran beras yang dilakukan Perum Bulog. Untuk harga beras SPHP sebesar Rp 11 ribu per kilogram (kg) atau Rp 55 ribu per karung untuk kemasan 5 kg.

Baca Juga :   Lin Che Wei, Seorang Ekonom Jadi Tersangka Baru di Kasus Dugaan Korupsi Migor

Karena itu, kata Zulkifli, pihaknya menyarankan masyarakat untuk beralih dari beras premium ke beras komersil atau beras SPHP yang disalurkan Bulog. Apalagi kedua jenis beras tersebut memiliki kualitas yang bagus.

“Mudah-mudahan Maret sudah sebagian panen, paling puncaknya April-Mei, baru akan stabil untuk beras lokal. Tapi untuk beras yang disediakan pemerintah harganya tetap dan tidak naik,” kata Zulkifli.

Sebelumnya, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) menyebut harga beras yang terus melambung membuat pedagang sulit mendapatkan beras premium karena stoknya di penggilingan terbatas. Kenaikan harga beras itu disebut terjadi karena beberapa hal antara lain terlambatnya musim tanam dan panen otomatis.

Sekretaris Jenderal DPP Ikappi Reynaldi Sarijowan mengatakan, pihaknya mencatat kenaikan harga beras tahun ini mencapai 20% dibandingkan tahun sebelumnya. “Kemudian tahun lalu produksinya terbatas sehingga konsumsi tinggi yang terjadi ialah ketidakseimbangan antara supply and demand. Dari Rp 14 ribu ke Rp 18 ribu per kilogram (kg),” kata Reynaldi dalam keterangan resminya pada Jumat (23/2).

Baca Juga :   Jaga Stabilitas Harga, Stakeholder Pangan Diminta Berkolaborasi Serap Gabah Petani

Karena itu, kata Reynaldi mengatakan, Ikappi mendorong pemerintah untuk menggenjot produksi beras dalam negeri. Juga perlunya memperbesar anggaran subsidi pupuk, sehingga produksi beras dalam negeri bisa meningkat.

“Dan ini yang harus diwaspadai semua pihak agar stok-stok yang dimiliki khususnya beras premium bisa segera dikeluarkan, termasuk pabrik-pabrik lokal, karena semakin tertahan beras premium, semakin naik harganya dan kondisinya akan semakin buruk,” ujar Reynaldi.

Leave a reply

Iconomics