Menko Airlangga: Penanganan Covid-19 yang Berbeda, Bikin Ekonomi Tumbuh Luar Biasa
Penanganan Covid-19 dengan cara berbeda membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia seperti yang diungkap Badan Pusat Statistik (BPS) extra ordinary mencapai 5,44%. Ini merupakan salag satu strategi pemerintah dalam menjaga pertumbuhan ekonomi yang terus positif sepanjang 26 bulan berturut-turut.
“Mengapa kita demikian, karena kita menangani Covid-19 dengan jalur yang berbeda,” kata Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto Airlangga dalam acara peringatan “10 Tahun Forum Pemred”, Jumat (5/8).
Airlangga mengatakan, sesuai instruksi yang Presiden Joko Widodo, pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi salah satunya melalui sektor industri dan ekspor. Buktinya tercermin dari perolehan neraca perdagangan pada Juli 2022 mencapai US$ 5 miliar.
“kita pro perdagangan multilateralisme. Itu yang menjaga pertumbuhan kita selama 2,5 tahun, dan hari ini juga pertumbuhan kita luar biasa. Kalau kita lihat Semester I/2021 dan Semester II/2021, ekspor kita naik 2 kali. Terima kasih kepada seluruh stakeholder yang ada, terutama dari Kadin dan kawan-kawan,” ujar Airlangga.
Menurut Airlangga, keberhasilan pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi terlihat dari efektifnya penanganan Covid-19 di Indonesia. Melalui strategi satu komando, pemerintah melibatkan seluruh pihak untuk bersama-sama menekan laju penyebaran Covid-19 dengan tetap mempertahankan daya beli masyarakat.
“Anggaran Covid-19 dalam 3 tahun Rp 1.700 triliun, ini sebuah angka yang tidak main-main. Pemerintah terus menjaga daya beli masyarakat, salah satunya bagaimana inflasi tidak pass-through. Ini subsidi energi kita dorong. Kemudian pemerintah mendorong Kartu Prakerja,” ujar Airlangga lagi.
Kendati demikian, kata Airlangga, semua pihak perlu waspada terhadap tantangan yang sudah ada di depan mata. Saat ini situasi global sedang dilanda keadaan yang tidak menentu akibat dari pandemi Covid-19, tensi geopolitik yang memanas akibat perang Rusia-Ukraina, meningkatnya harga komoditas, dan inflasi.
“Geopolitik menjadi sesuatu yang riil, dan Indonesia diminta untuk menangani dampak perang, bukan perang langsung tetapi dampak ekonomi. Karena antara perang dan ekonomi sudah digabungkan. Sanksinya adalah sanksi ekonomi. Oleh karena itu kita harus bersiap,” katanya.
Sebelumnya, Kepala BPS Margo Yuwono mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal II/2022 sebesar 5,44% secara tahunan (yoy). Dari sisi produksi lapangan usaha transportasi dan pergudangan mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 21,27%. Sementara dari sisi pengeluaran, komponen ekspor barang dan jasa mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 19,74%.
Margo melanjutkan, ekonomi Indonesia Triwulan II/2022 terhadap triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 3,72% secara kuartalan. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 13,15%. Dari sisi pengeluaran, komponen pengeluaran konsumsi pemerintah mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 32,00%.
“Penguatan ekonomi Indonesia secara spasial pada Triwulan II/2022 terlihat pada semua wilayah. Kelompok provinsi di Pulau Jawa menjadi kontributor utama dengan peranan sebesar 56,55% dari ekonomi nasional, dengan kinerja ekonomi yang mengalami pertumbuhan sebesar 5,66% yoy dibanding Triwulan II/2021,” tutur Margo.